Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Terapi plasma konvalesen menjadi salah satu pengobatan eksperimental yang disebut bisa membantu banyak pasien Covid-19 sembuh lebih cepat. Lalu seperti apa metode donor plasma tersebut?
Melansir dari Healthshots, terapi plasma yang juga disebut terapi plasma penyembuhan adalah prosedur untuk menyembuhkan virus corona. Dalam perawatan ini, bagian cairan kekuningan dari darah yang diambil dari seseorang yang telah sembuh dari Covid-19.
Cairan ini kemudian disuntikkan ke pasien yang menderita infeksi. Laboratorium dapat memisahkan plasma dari darah melalui proses yang disebut sentrifugasi.
Plasma membantu menyembuhkan Covid-19 karena mengandung antibodi. Ketika tubuh Anda berhasil melawan infeksi, antibodi yang dihasilkannya disimpan dalam plasma. Dengan menyuntikkan plasma dari seseorang yang telah pulih ke seseorang yang mengidap Covid-19, orang tersebut kemungkinan besar sembuh lebih cepat.
Baca Juga
-
Nyaman dan Aman, DKT Indonesia Luncurkan KB Suntik 2 Bulanan
-
Puasa Tak Boleh Loyo, Yuk Penuhi Gizi Seimbang Berikut
-
Orangtua Perlu Tahu, Simak 6 Tanda Anak Berpotensi Alami Strunting
-
Waspada, 6 Tanda Kanker Berikut Sering Diabaikan Perempuan
-
Waspada, Masalah Mata Bisa Jadi Tanda Awal Stroke pada Lansia
-
Wajah Wanita akan Jadi Lebih Menarik Saat Masa Subur, Benarkah?
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), waktu terbaik untuk menyumbang plasma darah adalah sekitar dua minggu setelah Anda sembuh total dari infeksi. Tapi jika Anda ingin mendonor plasma, Anda perlu menunjukkan bukti bahwa Anda pernah tertular Covid-19.
Berikut beberapa kriteria ideal untuk mendonorkan plasma konvalesen, antara lain:
1. Pendonor harus berbobot 55 kilogram ke atas
2. Berusia antara 18 hingga 60 tahun
3. Diutamakan laki-laki, jika perepuan belum pernah hamil
4. Tidak menerima transfusi darah selama 6 bulan terakhir
5. Pendonor sebaiknya memiliki gejala saat terinfeksi Covd-19 (demam, pilek, batuk, dll), karena pasien tersebut memiliki kemungkinan lebih besar untuk memiliki antibodi anti-SARS-Cov-2 IgG dibandingkan dengan pasien tanpa gejala.
6. Dilakukan 28 hari setelah gejala sembuh total
Terkini
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
- Simvastatin Jadi Obat Andalan Penderita Kolesterol saat Lebaran, Ketahui Aturan Minumnya
Berita Terkait
-
Berapa Kali Frekuensi Penyintas Covid-19 Bisa Donor Plasma? Ini Kata Ahli!
-
Dokter: Donor Plasma Tak Berefek ke Pasien Covid-19 yang Dirawat di RS
-
Donor Plasma Darah untuk Lawan Covid-19, Siapa yang Boleh dan Tidak?
-
Meski Tunjukkan Harapan, Ahli Ragukan Efektivitas Terapi Plasma Darah
-
Terbentur Aturan, Dokter AS Ditolak Donor Plasma karena Gay