Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Pada negara miskin atau berkembang seperti Indonesia, kasus stunting masih menjadi masalah kesehatan anak yang sangat diperhatikan.
Stunting sendiri adalah kondisi anak gagal tumbuh baik secara fisik (lebih pendek) maupun pikiran, dan biasanya terjadi di 1.000 hari awal kehidupan.
Menurut Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika Hasan, Sp.A, MARS, IDAI Banten menyatakan bahwa kondisi stunting sendiri dapat dilihat dari enam tanda yang muncul di 1000 hari pertama kehidupan.
Salah satu yang paling terlihat adalah ketika anak tidak mengalami kenaikan berat badan selama dua kali timbangan.
Baca Juga
-
Tidak Hanya saat Menstruasi, Masa Ovulasi juga Bikin Perut Kram!
-
Wajah Wanita akan Jadi Lebih Menarik Saat Masa Subur, Benarkah?
-
Fungsi Otot Penderita Diabetes Tipe 2 Memburuk, Bagaimana Ini Terjadi?
-
Minum Kopi selama Bulan Puasa Tak Dilarang, Asal Ikuti Anjuran Berikut
-
Cegah Masalah Pencernaan saat Puasa, Yuk Lakukan 5 Rutinitas Berikut
-
CDC Setujui Pengguaan Vaksin Johnson & Johnson
"Ada 6 golongan (anak yang bisa terkena stunting), satu yang berat badannya tidak naik dalam dua kali timbangan di usia tiga tahun pertama," ujar dokter Tubagus Rachmat pada webinar yang diselenggarakan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Tangerang Selatan bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Selasa (27/4/2021).
"Yang kedua, cari anak yang berada di bawah garis merah (gizi buruk) dan yang (ketiga) berada di bawah garis kuning (kurang gizi)," imbuhnya.
Kemudian golongan anak yang perlu diperhatikan karena berpotensi stunting adalah mereka yang di leher memiliki kelenjar getah bening. Kemudian untuk tanda berikutnya adalah anak dengan TBC dan alergi.
"Kalau itu semua ditangani, tidak ada lagi yang stunting," ujar dokter Tubagus Rachmat.
Masalah stunting di Indonesia pada dasarnya tak jauh dari persoalan gizi. Berdasarkan Annals Globlal Health, stunting menjadi bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan linear dalam 3 tahun pertama kehidupan.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia tahun 2019 menyebutkan angka stunting di Indonesia berada pada 27,67 persen.
Terkini
- 5 Tips Menjaga Kesehatan Anak ala Tasya Kamila, Bisa Ditiru Moms!
- Bayi Menangis Tak Selalu karena ASI Kurang, Jangan Buru-Buru Kasih Sufor
- Orangtua Jangan Sepelekan Susah Makan pada Anak, Bisa Pengaruhi Respons Imun Lho
- 4 Manfaat Minyak Telon untuk Anak, Tak Cuma Meredakan Perut Kembung
- Dokter Ungkap Bahaya Anak Makan Sambil Nonton TV, Orangtua Perlu Tahu
- Trik Biar Anak Mau ke Dokter Tanpa Rewel, Ini Caranya
- 4 Rincian Pengobatan Asma pada Anak, Orangtua Perlu Tahu!
- STUNTING: Ciri-ciri, Penyebab dan Pencegahan
- Kasus Campak Mewabah Lagi, Orangtua Perlu Lakukan 5 Hal ini untuk Pencegahan
- 4 Tips Jadikan Anak Sehat dan Aktif, Salah Satunya Beri Multivitamin
Berita Terkait
-
5 Tips Menjaga Kesehatan Anak ala Tasya Kamila, Bisa Ditiru Moms!
-
STUNTING: Ciri-ciri, Penyebab dan Pencegahan
-
Orangtua Wajib Tahu, Stunting Bisa Sebabkan Dampak Jangka Panjang dan Pendek
-
Sebelum Hamil Calon Ibu juga Harus Menjaga Asupan Nutrisi, Cegah Stunting!
-
Tujuh Juta Anak di Indonesia Alami Stunting, Simak Tiga Tips Mencegahnya
-
Menurunkan Angka Stunting Indonesia, PRENAGEN dan Klikdokter Dukung BKKBN
-
Waspada Perubahan Iklim, Berdampak Buruk bagi Kesehatan Anak-Anak
-
BKKBN & DKT Indonesia Usung ILM Gerakan KB Mandiri
-
Tidak Hanya Nutrisi, Ibu akan Menyalurkan Antibodi pada Anak Melalui ASI
-
Hampir 28 Persen Anak di Indonesia Menghadapi Kondisi Stunting