Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Kondisi depresi talah didefinisikan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association. Depresi sendiri telah didefinisikan sebagai gangguan yang memengaruhi perasaan, cara berpikir, dan bertindak.
"Kesedihan adalah respons alami dan singkat terhadap keadaan, tetapi depresi adalah gangguan kesehatan mental yang lebih persisten yang membutuhkan pengobatan," kata Andrea Wittenborn, PhD, profesor psikiatri dan pengobatan perilaku di Michigan State University seperti yang dikutip dari Insider.
Meskipun kadang-kadang merasa sedih adalah hal yang wajar, para ahli medis mengatakan bahwa depresi adalah kondisi yang berbeda. Depresi juga muncul dengan berbagai jenis yang berbeda.
Melansir dari Insider, berikut adalah lima jenis depresi yang paling umum, antara lain:
Baca Juga
-
Pandemi Virus Corona Belum Berakhir, Wabah Salmonella Landa Amerika Serikat
-
Akupuntur Dipercaya Bisa Obati Pasien Virus Corona Covid-19
-
Waduh, Virus Corona Covid-19 Bisa Sebabkan Diabetes Tipe 1 pada Anak
-
Setelah Terinfeksi Flu Biasa, Benarkah Kita Jadi Kebal Covid-19?
-
Karena Alasan Medis, Orang dalam Golongan Ini Boleh Tidak Pakai Masker
-
Terkait Pencegahan Covid-19, 4 Benda Ini Harus Sering Didisinfeksi!
Gangguan depresi mayor
Tipe depresi mayor adalah tipe depresi klasik. Gejalanya bisa muncul setiap hari dan berkisar dari yang ringan sampai yang parah.
Gangguan depresi yang persisten
Jenis depresi kronis ini sering disebut dysthymia dan berlangsung setidaknya selama dua tahun. Gejala biasanya tidak separah depresi klinis.
Depresi pascapartum
Depresi ini mucul setelah seorang perempuan melahirkan. Sekitar 10 persen hingga 15 persen ibu baru mengalami depresi jenis ini yang biasanya berlangsung sekitar enam bulan.
Pria dengan pasangan setelah melahirkan juga bisa mengalami depresi pascapartum, meski tidak sesering perempuan.
Depresi musiman
Depresi musiman juga dikenal sebagai gangguan afektif musiman (SAD), jenis depresi ini terjadi pada musim tertentu dalam setahun. Biasanya terjadi ketika musim kurang sinar matahari alami.
Kondisi depresi ini umumnya muncul pada akhir musim gugur atau awal musim dingin dan berakhir pada musim semi atau musim panas.
Gangguan bipolar
Orang dengan gangguan bipolar mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem. Terkadang mereka mencapai periode depresi. Kemudian memasuki episode manik atau suasana hari yang berubah berenergi tinggi atau bisa senang berlebihan.
Episode atau perubahan dalam bipolar dapat terjadi beberapa kali dalam setahun.
Terkini
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
- Simvastatin Jadi Obat Andalan Penderita Kolesterol saat Lebaran, Ketahui Aturan Minumnya
Berita Terkait
-
Derita Depresi Akibat Kanker, Wanita 77 Tahun Ini Konsumsi Magic Mushroom
-
Sistem Kekebalan Ada Kaitannya dengan Depresi Pascamelahirkan, Begini Penjelasannya!
-
Tidak Hanya Fisik, Covid-19 Ringan Juga Bisa Menyebabkan Masalah Kesehatan Mental
-
Peneliti Temukan Orang Depresi Cenderung Menolak Vaksin Covid-19
-
Kenali Efek Samping Obat Tidur Seperti yang Diminum Taemin SHINee
-
Menulis Jurnal Setiap Hari Baik untuk Kesehatan Mental!
-
Studi: Perbanyak Konsumsi Sayur Bikin Lebih Bahagia
-
Penelitian: Makan Sendirian Punya Efek Buruk bagi Wanita 65 Tahun ke Atas
-
5 Manfaat Mendengarkan Musik, Tak Cuma Bikin Mood Lebih Baik
-
Selain Stres, 4 Emosi Negatif Ini Bisa Sebabkan Masalah Usus