Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Feses sebagian manusia rupanya memiliki manfaat. Menurut studi yang dipublikasikan dalam Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, tinja beberapa orang berpotensi cukup kuat untuk mengobati penyakit radang usus (IBD) dan diabetes tipe 2.
Sebuah analisis besar-besaran dari penelitian terhadap transplantasi feses kini menjadi sorotan. Setelah melalui percobaan demi percobaan, para peneliti dari University of Auckland mendapat donor tunggal, yang fesesnya penuh terisi semua bakteri terbaik dan paling diperlukan.
Para pakar sebenarnya sudah lama menduga akan adanya orang-orang yang disebut 'super poopers' ini, tetapi penelitian ini menjadi salah satu studi menyeluruh pertama yang membuktikan keberadaan mereka.
"Pola keberhasilan dalam uji coba ini menunjukkan keberadaan 'super-donor', yang fesesnya cenderung memengaruhi usus," jelas penulis senior Justin O'Sullivan, dikutip dari Science Alert, Selasa (22/1/2019). "Kami melihat, transplantasi dari donor super mencapai pengurangan gejala penyakit hingga dua kali lipat."
Baca Juga
-
Studi: Makan Sebelum Tidur Tak Selalu Buat Kadar Gula Darah Naik
-
Waspada Penyakit Demam Berdarah, Kenali Gejalanya Berikut Ini
-
Ibu Hamil Boleh Makan Nanas dan Buah Persik, kok! Ini Buktinya
-
Terkena Infeksi dari Kotoran Burung Dara, Seorang Bocah Meninggal
-
Tak Tahan Di-bully karena Penyakitnya, Bocah 10 Tahun Bunuh Diri
Sayangnya, untuk gangguan kronis lain, seperti diabetes, penelitian tentang kemanjuran transplantasi feses masih kurang dan kesimpulannya tidak kuat.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa donor tinja dan kualitas sumbangan mereka menentukan respons dari transplantasi tinja. Sama seperti banyak sumbangan medis lainnya, keberhasilan transplantasi feses kemungkinan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kompatibilitas genetik, reaksi kekebalan, dan keberadaan bakteri dan virus tertentu.
Faktor-faktor ini dapat bervariasi, tergantung pada jenis gangguan yang sedang dirawat. Dengan kata lain, satu feses belum tentu cocok untuk semua pasien.
"Harapan kami, kalau kami sudah menemukan bagaimana ini bisa terjadi, berarti kami bisa meningkatkan keberhasilan transplantasi feses dan bahkan mengujinya untuk kondisi terkait mikrobioma baru seperti Alzheimer, multiple sclerosis, dan asma," kata O'Sullivan.
Terkini
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
- Simvastatin Jadi Obat Andalan Penderita Kolesterol saat Lebaran, Ketahui Aturan Minumnya
Berita Terkait
-
Bakteri Pada Tinja Orang Sehat Bisa Bantu Obati Diabetes, Ini Temuan Peneliti!
-
Gejala Baru, Cacar Monyet Bisa Sebabkan Penis Bengkak dan Nyeri Buang Air Besar!
-
Ingin Rutin BAB di Pagi Hari? Bisa Dilatih dengan Cara Ini
-
Hati-hati, Keseringan Mengejan Saat BAB Bisa Sebabkan Prolaps Rektum
-
Ahli Temukan Virus Corona Covid-19 Menular Lewat Tinja, Emangnya Bisa?
-
Deteksi Gejala Varian Omicron Saat Buang Air Besar, Waspadai Perubahan Ini!
-
Sering Mengejan saat BAB Bisa Sebabkan Wasir, Ketahui Tandanya
-
Jangan Mengejan saat BAB, Dokter: Agar Tak Kena Wasir
-
Jangan Terlalu Lama Duduk di Toilet, Dokter Peringatkan Bahayanya
-
Sembelit dan Mengalami 5 Gejala Ini? Segera Periksa ke Dokter