Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Perempuan lebih banyak didiagnosis mengalami depresi dan kecemasan ketimbang laki-laki. Hal ini dinyatakan oleh penelitian yang diterbitkan pada jurnal Gaceta Sanitaria.
Melansir dari Medical Xpress, gender adalah faktor penentu yang signifikan dalam kesehatan mental.
"Perempuan lebih sering didiagnosis dengan depresi dan kecemasan dan penggunaan obat psikotropika yang diresepkan juga secara signifikan lebih tinggi," kata Amaia Bacigalupe, salah satu penulis penelitian.
Kelompok peneliti menyoroti fakta bahwa mengurangi ketidaksetaraan gender dalam kesehatan mental perlu dilakukan dengan intervensi berbagai bidang.
Baca Juga
-
Studi: Kekurangan Vitamin D saat Hamil Pengaruhi IQ Anak
-
Fungsinya Beda-beda, Ini Lho 3 Jenis Masker yang Bisa Cegah Virus Corona!
-
Pria Harus Tahu, Ini Penyebab Wanita Pendarahan Usai Bercinta!
-
Kaki Terasa Dingin tanpa Sebab? Bisa Jadi akibat 5 Masalah Kesehatan Ini
-
Hati-Hati, 5 Penyakit Serius pada Pria Ini Justru Lebih Sering Diabaikan!
-
Keren! Peneliti AS Kembangkan Masker Anti-Virus, Bagaimana Cara Kerjanya?
"Ada hubungan yang jelas antara tingkat ketidaksetaraan gender di masyarakat dan ketidaksetaraan gender dalam kesehatan mental," kata Amaia Bacigalupe.
"Jadi semua kebijakan yang dirancang untuk memerangi diskriminasi yang dialami oleh perempuan perlu dilakukan mulai dari pasar tenaga kerja, dalam tanggung jawab rumah tangga dan pekerjaan perawatan, dan secara umum, terkait dengan hal-hal yang memberdayakan perempuan berdasarkan representasi politik mereka.
Hal ini akan memberikan efek positif pada pengurangan ketidaksetaraan mental antara laki-laki dan perempuan," imbuhnya. Aspek lain yang disoroti dalam studi ini adalah kebutuhan untuk membuat komitmen mulai dari tingkat kelembagaan untuk membangun perspektif gender yang jelas.
Menurut penelitian tersebut, perlu juga untuk mendorong ruang refleksi dalam pengaturan klinis yang dirancang untuk membantu secara kolektif mendekonstruksi aspek-aspek gender, seperti menghapus binarisme dalam gender.
"Kesejahteraan emosional dari pendekatan kesehatan masyarakat dapat mencegah patologisasi berlebihan dan medikalisasi berlebihan," kata Bacigalupe.
Terkini
- 5 Fakta Menarik Olahraga Pole Dance yang Dilakukan Azizah Salsha
- Kate Middleton Umumkan Dirinya Menderita Kanker, Tepis Semua Konspirasi Liar yang Beredar
- Ovarium Kiri Kiky Saputri Diangkat karena Kista, Masih Adakah Peluang Hamil di Kondisi Ini?
- Takut ASI Berkurang Drastis saat Puasa? Begini Kata Dokter
- Wulan Guritno Berhenti Konsumsi Gula, Manfaatnya Tak Cuma Bikin Kulit Lebih Kenyal Lho
- Seperti Dialami BCL, Ini 5 Penyebab Perut Buncit pada Wanita
- Mengenal Sindrom Stevens-Johnson yang Dialami Kartika Putri, Wajahnya Dipenuhi Luka Melepuh
- Agar Ibu dan Bayi Tetap Sehat, Ketahui 5 Cara Mengatasi Baby Blues
- 3 Manfaat Pilates, Olahraga yang Rutin Dilakukan Bunga Citra Lestari
- Celine Dion Alami Stiff Person Syndrome, Apa Itu?
Berita Terkait
-
Termasuk Gangguan Perilaku Seksual, Kenali Tanda Perempuan Hiperseks
-
Akibat Sering Ditanya Kapan Menikah, Gadis 27 Tahun Ini Derita Kecemasan
-
Derita Depresi Akibat Kanker, Wanita 77 Tahun Ini Konsumsi Magic Mushroom
-
Sistem Kekebalan Ada Kaitannya dengan Depresi Pascamelahirkan, Begini Penjelasannya!
-
Tidak Hanya Fisik, Covid-19 Ringan Juga Bisa Menyebabkan Masalah Kesehatan Mental
-
Sebelum Hamil Calon Ibu juga Harus Menjaga Asupan Nutrisi, Cegah Stunting!
-
Peneliti Temukan Orang Depresi Cenderung Menolak Vaksin Covid-19
-
Kenali Efek Samping Obat Tidur Seperti yang Diminum Taemin SHINee
-
Menulis Jurnal Setiap Hari Baik untuk Kesehatan Mental!
-
Studi: Perbanyak Konsumsi Sayur Bikin Lebih Bahagia