Minggu, 28 April 2024
Vika Widiastuti | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana : Rabu, 27 Februari 2019 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Bagi banyak orang, alergi mungkin cukup menjengkelkan. Namun, untuk Kathryn Berrisford, alergi terhadap sperma suami memberinya manfaat, yakni kehamilan.

Saat berusia 31 tahun, Kathryn, bersama Joss, yang sekarang menjadi suaminya, memutuskan untuk memiliki anak. Dia pun hamil, tetapi kemudian keguguran, dan selama satu setengah tahun berikutnya mengalami keguguran lagi sampai tiga kali.

Pasangan asal dari Derbyshire, Inggris ini pun sempat putus asa meskipun kemudian tetap berusaha demi kehamilan Kathryn.

Wanita yang bekerja di klinik kesuburan ini pun meminta bantuan rekan-rekannya untuk melakukan beberapa tes lebih lanjut, setelah tes dari NHS tak membuahkan hasil.

"Tubuhku tidak menganggap sperma dari embrio sebagai benda asing, sehingga kehamilan tidak bisa lanjut," katanya, dikutip dari BBC, Minggu (24/2/2019).

Kathryn lantas harus menjalani terapi kekebalan leukosit. Sel darah putih pasangannya disuntikkan dalam tubuh Kathryn, sehingga menyebabkan reaksi alergi, yang membuat tubuhnya mengenali sel-sel sperma Joss sebagai benda asing.

Benar saja, cara tersebut berhasil, dan Kathryn hamil lagi. Pada 2005 Kathryn melahirkan bayinya, yang diberi nama Mae.

"Darah Joss diambil. Lalu sel darah putihnya disuntikkan ke lenganku, dan karena itu, pada saat sperma dan sel telur bertemu, tubuhku menganggap embrio itu sebagai benda asing dan proses kehamilan pun dimulai," kata Kathryn.

Dia kemudian melahirkan anak keduanya, Luke, 13 bulan kemudian, melalui prosedur yang sama.

BACA SELANJUTNYA

Cimory Hadirkan Susu UHT Bebas Laktosa, Aman bagi Pemilik Lactose Intolerance dan Alergi Susu