Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Alzheimer adalah penyakit degeneratif progresif di otak akibat penumpukan protein abnormal yang menyebabkan sel-sel saraf mati. Penyakit ini bisa mengganggu fungsi dari otak misalnya kemampuan berpikir atau mengingat sesuatu.
Penyakit ini bersifat lambat namun bertahap. Rata-rata setelah didiagnosis, seseorang bisa bertahan hidup 5 hingga 7 tahun, namun tak jarang yang bisa bertahan selama 10 hingga 15 tahun.
Dilansir Alzheimer Association, beberapa gejala awal dari penyakit ini adalah:
1. Hilangnya ingatan jangka pendek
2. Disorientasi
3. Perubahan perilaku
4. Perubahan suasana hati
5. Kesulitan mengurus masalah keuangan atau menelpon
Baca Juga
Gejala jangka panjang, meliputi:
1. Kehilangan ingatan yang parah bahkan lupa tentang anggota keluarga dekat atau tempat yang sering dikunjungi
2. Cemas dan frustasi yang mengarah ke perilaku progresif
3. Kehilangan kemampuan berjalan
4. Memiliki masalah makan
Dilansir Dailymail, wanita yang memiliki 5 anak atau lebih punya risiko terkena Alzheimer sebesar 70 persen daripada mereka yang punya anak lebih sedikit. Peneliti percaya ini disebabkan oleh lonjakan kadar hormon estrogen menjelang akhir kehamilan.
Selain itu, wanita yang mengalami keguguran atau aborsi juga kemungkinan berisiko terhadap penyakit ini. Tim Korea Selatan mengklaim bahwa estrogen dapat menawarkan efek perlindungan dalam beberapa minggu pertama kehamilan berupa rangsangan pada otak.
Sebanyak 3.549 wanita di Korea Selatan dan Yunani diteliti sejak usia 71 tahun. Sebanyak 118 wanita mengidap penyakit ini dan 896 wanita mengalami kerusakan kognitif ringan.
Pada tes kemampuan ingatan dan berpikir, wanita yang memiliki 5 anak atau lebih memiliki skor lebih rendah daripada mereka yang memiliki anak yang lebih sedikit.
Dr Ki Woong Kim dari Seoul National University di Seoul, penulis studi tersebut, mengatakan tingkat estrogen meningkat dua kali lipat pada kehamilan minggu ke-8 sebelum naik hingga 40 kali dari tingkat normal.
Penelitian yang telah dipublikasikan di Neurology ini juga mencatat jika hormon estrogen dihasilkan dalam jumlah banyak maka bisa berbahaya.
Terkini
- 5 Fakta Menarik Olahraga Pole Dance yang Dilakukan Azizah Salsha
- Kate Middleton Umumkan Dirinya Menderita Kanker, Tepis Semua Konspirasi Liar yang Beredar
- Ovarium Kiri Kiky Saputri Diangkat karena Kista, Masih Adakah Peluang Hamil di Kondisi Ini?
- Takut ASI Berkurang Drastis saat Puasa? Begini Kata Dokter
- Wulan Guritno Berhenti Konsumsi Gula, Manfaatnya Tak Cuma Bikin Kulit Lebih Kenyal Lho
- Seperti Dialami BCL, Ini 5 Penyebab Perut Buncit pada Wanita
- Mengenal Sindrom Stevens-Johnson yang Dialami Kartika Putri, Wajahnya Dipenuhi Luka Melepuh
- Agar Ibu dan Bayi Tetap Sehat, Ketahui 5 Cara Mengatasi Baby Blues
- 3 Manfaat Pilates, Olahraga yang Rutin Dilakukan Bunga Citra Lestari
- Celine Dion Alami Stiff Person Syndrome, Apa Itu?
Berita Terkait
-
Faktor Risiko Demensia, dari Tekanan Darah Hingga Terbatasnya Interaksi Sosial
-
Waduh, Virus Corona Covid-19 Bisa Picu Alzheimer Lho!
-
Banyak Penderita Penyakit Alzheimer dan Demensia Kekurangan Vitamin D
-
Jangan Malas Lakukan Pekerjaan Rumah Tangga, Bisa Tingkatkan Daya Ingat Lho
-
Letakkan Tanaman Hias di Dalam Rumah, Ini Manfaatnya untuk Otak!
-
Cegah Alzheimer Saat Lansia, Yuk Rutin Konsumsi Kemangi!
-
3 Pekerjaan Rumah Ini Bisa Bantu Atasi dan Cegah Demensia
-
Prediksi WHO: Pengidap Demensia di Dunia Bisa Bertambah hingga 139 Juta
-
Studi: Pasien Covid-19 Berisiko Kena Masalah Memori, Meski Bergejala Ringan
-
Bisa Berbahaya, Kebiasaan Nyundul Bola Berisiko untuk Otak dan Daya Ingat