Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Perasaan cemas hingga jantung berdebar bisa dialami jelang tampil di depan umum. Tapi tidak banyak yang tahu jantung berdebar juga salah satu penyakit aritmia loh! Kira-kira apa bedanya ya?
Cemas dan gugup bisa membuat jantung berdebar, karena situasi tersebut dianggap berbahaya dan memicu tubuh mengeluarkan hormon adrenalin. Hormon inilah yang membuat perasaan waspada, panca indra lebih tajam, energi bertambah, napas memburu cepat, hingga jantung berdebar.
Sedangkan menurut Medlineplus, aritmia adalah gangguan irama jantung atau detak jantung tidak teratur. Kondisi ini menyebabkan jantung tiba-tiba berdetak terlalu cepat atau yang dikenal dengan takikardia, berdetak lebih lambat alias bradikardia, atau bahkan detak jantung tidak beraturan.
Kondisi aritmia ini bisa tidak berbahaya, tapi juga bisa menandakan adanya masalah pada jantung. Bahkan di beberapa kondisi orang dengan aritmia bisa semakin membahayakan kesehatannya karena tidak bergejala.
Baca Juga
Beda jantung berdebar karena cemas vs aritmia
Melansir Health Direct, Sabtu (3/2/2024) menyebutkan jantung berdebar karena cemas umumnya dialami saat gugup, emosional, dan stres. Kondisi ini terjadi karena hormon adrenalin yang dihasilkan tubuh dalam kondisi tertentu.
Kondisi tersebut bisa karena perasan gugup berbicara depan banyak orang, cemas menghadapi masalah, olahraga, aktivitas berat, minuman atau makan mengandung kafein, alkohol, obat-obatan, anemia, atau dehidrasi.
Tapi kondisi jantung berdebar karena cemas ini bisa kembali seperti sediakala jika hormon adrenalin berkurang, sehingga tubuh tidak lagi merasakan sensasi merasa terancam, takut maupun cemas, dan biasanya tidak perlu penanganan khusus.
Kondisi ini berbeda dengan aritmia jantung, alih-alih disebabkan karena cemas atau gugup, gangguan irama jantung bisa terjadi saat duduk diam sekalipun. Mayo Clinic menyebutkan, kondisi ini terjadi karena adanya gangguan sistem kelistrikan alami yang mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Alhasil jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur.
Better Health menyebutkan, pada orang dengan jantung sehat atau normal yaitu saat sinyal listrik penghasil detak jantung dalam kondisi rileks atau sedang tidak ada rangsangan adrenalin maupun obat, berkisar antara 60 hingga 100 detak per menit.
Dibanding berdebar karena cemas akibat gugup atau emosional yang biasanya dibarengi gangguan pencernaan karena hormon adrenalin yang melonjak. Maka gejala khas aritmia meliputi nyeri dada, pingsan, sakit kepala ringan alias pusing, pucat, merasa detak jantung tidak teratur, sesak napas dan berkeringat.
Jenis irama jantung tidak normal
Aritmia diklasifikasikan berdasarkan kecepatan dan ritmenya yaitu detak jantung cepat (takikardia), detak jantung lambat (bradikardia), atau detak jantung tidak teratur.
1. Takikardia
Takikardia terjadi ketika jantung Anda berdetak terlalu cepat, umumnya lebih dari 100 detak per menit. Beberapa bentuk takikardia mudah diobati dan tidak serius, namun bentuk lainnya dapat mengancam jiwa.
Karakteristik utama takikardia terdiri dari dua kategori yaitu takikardia supraventrikular (masalah pada bilik jantung bagian atas) dan takikardia ventrikel (masalah pada bilik jantung bagian bawah).
2. Bradikardia
Bradikardia yaitu ketika jantung berdetak terlalu lambat, umumnya kurang dari 60 detak per menit. Penyakit ini menjadi serius ketika jantung berdetak sangat lambat sehingga tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Bradikardia dianggap normal bagi sebagian orang, karena orang yang rutin berolahraga dan fisik sehat umumnya memiliki detak jantung lebih lambat. Tapi juga harus diwaspadai adanya kelainan jantung, seperti sindrom sakit sinus dan penyumbatan jantung.
3. Fibrilasi atrium
Kondisi ini jenis aritmia yang paling umum, yaitu detak jantung cepat cepat yang disebabkan kekacauan sistem listrik di ruang atas jantung. Kondisi ini menyebabkan jantung berkontraksi cepat, tidak terkoordinasi bahkan bisa melemah.
Kondisi ini paling sering terjadi karena bertambahnya usia pada orang obesitas, penyakit jantung, diabetes atau apnea tidur. Pada kondisi tertentu fibrilasi atrium meningkatkan risiko stroke.
(Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Terkini
- 5 Masalah di Area Mulut Bisa Jadi Tanda Gejala Diabetes, Apa Saja?
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
Berita Terkait
-
Jangan Ditekan, Pemikiran Cemas Justru Bisa Dijadikan Motivasi lho!
-
Sering Dikira Sama, Ketahui Beda Rasa Cemas dan Gangguan Kecemasan
-
3 Pemicu Stres Paling Umum, Apa Saja?
-
Anda Termasuk Orang yang Mudah Cemas? Psikolog Ungkap Alasannya
-
Pandemi Virus Corona Pengaruhi Kesehatan Mental, Atasi Pakai Tips Ini
-
Agar Tak Berubah Panik, Psikolog Bagikan Tips Meredakan Cemas akan Covid-19
-
Selalu Cemas, Kenali Penyakit OCD yang Dialami Penyanyi Lauv
-
Alami Kecemasan? Ini 5 Cara Mudah untuk Mengatasinya!
-
Jantungnya Berhenti Mendadak Saat Mandi, Gadis 18 Tahun Ini Meninggal
-
Kerusuhan di Jakarta Sebabkan Cemas dan Panik, Ketahui Saran dari Psikolog