Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Penelitian yang diterbitkan Senin (14/6/2021) di Annals of Internal Medicine menyatakan bahwa tiga dosis vaksin Covid-19 mungkin dapat meningkatkan perlindungan bagi beberapa orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Penelitian dilakuan oleh peneliti di Universitas Johns Hopkins melibatkan 30 penerima transplantasi organ.
Melansir dari NBC News, para peserta penelitian semuanya telah divaksinasi penuh dengan dua dosis vaksin mRNA, baik Pfizer-BioNTech atau Moderna. Namun karena penerima transplantasi organ harus minum obat penekan kekebalan untuk memastikan bahwa tubuh mereka tidak menolak transplantasi, ada kekhawatiran bahwa mereka mungkin tidak mengembangkan respons yang kuat terhadap vaksin Covid-19.
Meskipun telah divaksinasi sepenuhnya, sebagian besar pasien dalam penelitian ini (24 pasien) tidak memiliki antibodi terhadap virus corona, dan enam pasien hanya memiliki tingkat yang rendah. Jadi, para peneliti memberi mereka vaksin dosis ketiga, baik Pfizer, Moderna atau Johnson & Johnson. Sekitar dua minggu kemudian, tingkat antibodi mereka diukur lagi.
Pada pasien yang awalnya tidak memiliki antibodi, delapan mengalami peningkatan setelah dosis ketiga vaksin mereka. Dan pada enam pasien yang sebelumnya memiliki tingkat antibodi rendah mengalami peningkatan antibodi terhadap virus corona.
Baca Juga
-
Masukkan Makanan ke Wadah Plastik, Amankah untuk Kesehatan?
-
Dokter: Banyak Serang Lansia, Katarak Cenderung Mudah Diatasi
-
Waspada, Empat Kebiasaan Bekerja Berikut Bikin Masalah Buat Kesehatan
-
Bukan Hanya Buang Angin, Kentut Bisa Jadi Gejala Kondisi Kesehatan Berikut
-
DKT: Pria Perlu Berpartisipasi Penuh pada Program Keluarga Berencana
-
Sudah Vaksin Covid-19, Sepertiga Pasien Virus Corona Tetap Meninggal
Meskipun penelitian ini kecil, temuan ini bisa menjadi penting bagi jutaan orang yang kekebalannya terganggu dan masih rentan terhadap Covid-19, bahkan setelah divaksinasi.
“Bagi saya pesan utama di sini untuk pasien transplantasi dan pasien imunosupresi adalah pesan harapan,” kata Dr. Dorry Segev, penulis studi dan wakil ketua penelitian dan profesor bedah di Universitas Johns Hopkins.
Tetapi mereka memperingatkannya untuk tetap waspada menghindari infeksi.
"Jangan ubah perilaku Anda dari karantina, tetap di rumah sebanyak mungkin. Ketika Anda keluar, tetap terlindungi. Tetap bermasker dan tetap jaga jarak, bahkan setelah vaksinasi," pungkasnya.
Terkini
- Belajar dari Kasus Teuku Ryan, Ini 3 Cara Atasai Gairah Seks yang Menghilang karena Stres
- Bisa Bikin Pinggang Ramping, Pemakaian Korset Jangka Panjang Bawa Sederet Masalah Ini
- Heboh Vaksin AstraZeneca Sebabkan Pembekuan Darah, BPOM Tegaskan Tidak Ada Kejadian di Indonesia
- Untuk Redakan Stres, Yuk Ikuti 5 Rekomendasi Dokter Berikut Ini
- Terpapar Asap Rokok saat Hamil Tingkatkan Risiko Stunting pada Anak
- 5 Masalah di Area Mulut Bisa Jadi Tanda Gejala Diabetes, Apa Saja?
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
Berita Terkait
-
Heboh Vaksin AstraZeneca Sebabkan Pembekuan Darah, BPOM Tegaskan Tidak Ada Kejadian di Indonesia
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Kasus Pertama, Pria Ini Terinfeksi Covid-19, Cacar Monyet dan HIV Bersamaan!
-
Menginfeksi 400 Lebih Mahasiswa Bandung, Ini Mitos yang Masih Dipercaya Tentang HIV
-
Wanita Generasi Milenial Lebih 'Melek' Kesehatan daripada Baby Boomer
-
Curhatan Pasien Cacar Monyet tentang Gejala yang Dialami: Sangat Menyakitkan
-
Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!
-
Ilmuwan Bikin Perman Karet yang Bisa Memerangkap Virus Corona di Mulut
-
Ilmuwan Akhirnya Menemukan Sumber Pertama Pandemi Covid-19, Benar di Wuhan?