Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Ilmuwan menemukan sebagian besar orang yang terinfeksi virus corona dan berkembang menjadi Covid-19 parah, memimiliki cacat genetik atau imunologis yang menggangu kemampuan tubuh dalam melawan virus.
Dalam makalah yang terbit di jurnal Science, konsorsium internasional Covid Human Genetic Effort menggambarkan dua gangguan pada pasien Covid-19 parah yang mencegah tubuh mereka membuat molekul kekebalan 'garda depan', disebut interferon tipe I.
Para pasien kemungkinan sudah memiliki gangguan ini bertahun-tahun sebelum pandemi Covid-19 terjadi, atau dalam kasus kesalahan genetik, sepanjang hidup mereka.
Interferon tipe I adalah molekul yang diproduksi oleh sistem kekebalan segera setelah mendeteksi infeksi. Ini bekerja dengan menghentikan replikasi virus.
Baca Juga
Jika pertahanan garda depan ini efektif atau bekerja dengan benar, orang yang terinfeksi mungkin tidak akan merasa tidak enak badan.
Bahkan jika tidak, interferon memberi tubuh waktu untuk meningkatkan respons kekebalan yang lebih menargetkan virus tersebut, melibatkan antibodi dan sel kekebalan lain.
Tanpa interferon, pasien Covid-19 yang sakit parah hanya mengandalkan mekanisme pertahanan kedua, yang mungkin memerlukan beberapa hari untuk mencapai kekuatan penuh, dan memberi waktu SARS-CoV-2 untuk mulai merusak jaringan tubuh.
Menurut peneliti, temuan ini dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa penderita Covid-19 akan sakit parah, sedangkan yang lain hampir tidak terpengaruh atau tanpa gejala.
Ilmuwan mengurutkan semua atau sebagian genom 659 pasien Covid-19 yang sakit parah dan 543 orang tanpa gejala atau gejala ringan dari seluruh dunia.
Mereka menemukan pasien yang sakit parah lebih mungkin membawa sejenis mutasi yang membuat mereka tidak dapat membuat interferon. Meski setiap mutasi jarang terjadi, namun ini secara kolektif ditemukan pada 3,5 persen kasus virus corona parah.
Dalam studi kedua yang melibatkan hampir 1.000 pasien Covid-19 parah, mereka menemukan setidaknya satu dari 10 pasien menargetkan antibodi ke interferon mereka sendiri, sehingga menghalangi sistem kekebalan tersebut.
Tidak ada 'auto-antibodi' yang ditemukan pada orang tanpa gejala atau dengan gejala ringan. Dan ini hanya terdeteksi pada sebagian kecil dari peserta kontrol yang sehat (0,3 persen).
Ahli imunologi Jean-Laurent Casanova dari Universitas Rockefeller di New York City dan Rumah Sakit Necker untuk Anak-anak Sakit di Paris mengatakan kedua jenis kesalahan tersebut menyebabkan sekitar 15 persen kasus Covid-19 parah.
Casanova menduga genetika manusia akan menjelaskan sebagian besar kasus seperti itu. Tapi ilmuwan hanya mencari mutasi pada 13 dari 300 gen terkait interferon tipe I sejauh ini.
Masih banyak gen lain, termasuk yang tidak terkait dengan interferon, dapat memengaruhi respons kekebalan seseorang terhadap virus, lapor The Guardian.
Terkini
- Terpapar Asap Rokok saat Hamil Tingkatkan Risiko Stunting pada Anak
- 5 Masalah di Area Mulut Bisa Jadi Tanda Gejala Diabetes, Apa Saja?
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
Berita Terkait
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Kasus Pertama, Pria Ini Terinfeksi Covid-19, Cacar Monyet dan HIV Bersamaan!
-
Menginfeksi 400 Lebih Mahasiswa Bandung, Ini Mitos yang Masih Dipercaya Tentang HIV
-
Curhatan Pasien Cacar Monyet tentang Gejala yang Dialami: Sangat Menyakitkan
-
Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!
-
Ilmuwan Bikin Perman Karet yang Bisa Memerangkap Virus Corona di Mulut
-
Ilmuwan Akhirnya Menemukan Sumber Pertama Pandemi Covid-19, Benar di Wuhan?
-
Baik Divaksin atau Tidak, Covid-19 Bisa Menginfeksi Ulang Secara Cepat
-
Jangan Lengah, WHO Ingatkan Pandemi Covid-19 Masih Darurat Kesehatan Global!