Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Sebuah studi menunjukkan bahwa berbicara setidaknya dua bahasa bisa menunda penurunan kemampuan neurologi dan kognitif di hari tua.
Melansir dari Medical Xpress, penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Neuropsychologia, disusun oleh para ilmuwan dari Universitat Oberta de Catalunya (UOC) dan Universitas Pompeu Fabra (UPF).
"Prevalensi demensia di negara-negara yang menggunakan lebih dari satu bahasa 50 persen lebih rendah (mengalami masalah neurologi) daripada di wilayah dengan populasi yang menggunakan satu bahasa untuk berkomunikasi," kata peneliti Marco Calabria, profesor Fakultas Ilmu Kesehatan UOC.
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa penggunaan dua bahasa atau lebih seumur hidup dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan menunda kemunculan demensia.
Baca Juga
-
Respons Suara saat Berhubungan Seks Ada Efeknya, Apa Saja?
-
Meski Sudah Pulih, Mantan Pasien Covid-19 Masih Kelelahan Berkepanjangan
-
Pengembangan Terapi Covid-19 Lebih Rumit dari Pembuatan Vaksinnya
-
Bukan Hanya Masalah Mental, Stres Juga Bisa Bikin Demam Tanpa Sebab
-
3 Manfaat Mengunyah Permen Karet, Salah Satunya Bantu Turunkan Berat Badan
-
Hindari Pakai Baju Baru yang Belum Dicuci, Bahaya untuk Kulit!
"Kami ingin menemukan mekanisme bagaimana bilingualisme berkontribusi pada kemampuan kognitif dalam kasus gangguan kognitif ringan dan Alzheimer," kata Calabria, yang memimpin penelitian.
Untuk lebih memahami pengaruh bilingual dengan manfaat kognitif, para peserta diminta untuk melakukan berbagai tugas kognitif dengan fokus utama pada sistem kontrol eksekutif. Dalam hal ini, peneliti juga mengategorikan orang yang secara aktif berbicara dua bahasa dan orang yang berbicara satu bahasa namun terpapar atau mengerti bahasa lain.
"Kami melihat bahwa orang dengan tingkat bilingualisme yang lebih tinggi menerima diagnosis gangguan kognitif ringan lebih lambat daripada mereka yang menjadi bilingual pasif," kata Calabria.
Menurut Calabera, berbicara menggunakan suatu bahasa dan berpindah ke bahasa lainnya secara rutin bisa menjadi bagian dari pelatihan otak yang dilakukan seumur hidup. Hal ini yang kemudian akan berefek pada kesehatan otak.
Terkini
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
- Simvastatin Jadi Obat Andalan Penderita Kolesterol saat Lebaran, Ketahui Aturan Minumnya
Berita Terkait
-
Faktor Risiko Demensia, dari Tekanan Darah Hingga Terbatasnya Interaksi Sosial
-
Penyintas Covid-19 Parah Bisa Alami Masalah Kognitif, Layaknya 20 Tahun Lebih Tua
-
Waduh, Virus Corona Covid-19 Bisa Picu Alzheimer Lho!
-
Kolin Sangat Penting Selama Kehamilan: Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak
-
Banyak Penderita Penyakit Alzheimer dan Demensia Kekurangan Vitamin D
-
Kurang Tidur Memengaruhi Cara Jalan, Begini Penjelasan Para Peneliti
-
Awas! Sering Kurang Tidur Bikin Otak Menua Lebih Cepat, Ini Temuan Studinya
-
Cegah Alzheimer Saat Lansia, Yuk Rutin Konsumsi Kemangi!
-
3 Gangguan Belajar yang Sangat Umum, Tetapi Jarang Diketahui
-
Awas, Trauma Masa Kecil Picu Masalah Neurologi saat Dewasa