Selasa, 30 April 2024
Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah : Rabu, 15 Juli 2020 | 14:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Antivirus remdesivir, yang awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola, saat ini digunakan sebagai obat eksperimental Covid-19. Obat ini dinilai efektif mengurangi waktu lamanya gejala infeksi virus corona terjadi di tubuh pasien.

Sementara remdesivir yang ada sekarang hanya tersedia dalam bentuk injeksi, Gilead Sciences, produsen paten obat ini, sedang mengembangkan remdesivir versi hirup atau inhaler. Tujuannya agar dapat digunakan pasien rawat jalan.

Dilansir The Health Site, perusahaan asal Amerika Serikat sedang melakukan uji klinis untuk mengevaluasi keamanan, tolerabilitas dan farmakokinetik dari formulasi baru.

Studi acak, terkontrol plasebo akan melibatkan 60 peserta sehat berusia 18 hingga 45 tahun. Dipercayai SARS-CoV-2 menginfeksi saluran pernapasan bagian atas pada tahap awal penyakit. Formulasi baru ini memungkinkan remdesivir secara langsung masuk ke tempat infeksi utama dengan larutan nebulised dan inhalasi.

Menurut Gilead, pendekatan ini memungkinkan penggunaan obat secara lebih mudah di luar rumah sakit serta menurunkan paparan agen sistemik terhadap obat.

Apabila percobaan ini berhasil, perusahaan akan melakukan studi klinis pada pasien Covid-19 yang infeksinya belum berkembang dan belum dirawat di rumah sakit.

Penelitian ini diketahui sudah mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) sejak bulan lalu.

BACA SELANJUTNYA

Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!