Selasa, 30 April 2024
Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana : Sabtu, 06 Juni 2020 | 15:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Sebuah studi menyatakan, bahwa anak-anak keturunan Afrika lebih berisiko mengalami sindrom peradangan langka terkait Covid-19. Pernyataan itu ditulis dalam sebuah penelitian kecil dari rumah sakit di Paris yang diterbitkan di jurnal The BMJ pada Rabu (3/6/2020).

Dilansir dari Medical Xpress, dalam penelitian ini pasien memiliki karakteristik yang berbeda dari mereka yang menderita penyakit Kawasaki klasik. Sebagai contoh, proporsi yang tinggi pada gejala gastrointestinal (nyeri perut, sering dengan muntah dan diare), tekanan darah tidak stabil, dan radang otot jantung (miokarditis).

Para peneliti menggambarkan 21 anak-anak dan remaja (usia rata-rata 7,9 tahun) dengan ciri-ciri penyakit Kawasaki yang dirawat di rumah sakit di Paris antara 27 April dan 11 Mei 2020. Lebih dari separuh anak-anak, yakni 12 anak (57 persen) adalah keturunan Afrika.

Dua belas anak-anak menderita sindrom syok penyakit Kawasaki dan 16 (76 persen) dengan miokarditis. Sembilan belas di antaranya (90 persen) dikonfirmasi memiliki Covid-19.

Dari 21 pasien, semuanya memiliki gejala gastrointestinal selama tahap awal penyakit dan tingkat penanda inflamasi yang tinggi dalam aliran darah mereka.

Meskipun 17 pasien (81 persen) membutuhkan dukungan perawatan intensif, semua pasien dipulangkan ke rumah pada 15 Mei 2020 setelah rata-rata 8 hari di rumah sakit tanpa komplikasi serius.

Para peneliti menunjukkan beberapa keterbatasan dalam penelitian, seperti jumlah pasien yang sedikit dan menekankan bahwa ini adalah penelitian observasional. Oleh karena itu, penelitian belum membangun hubungan sebab akibat dengan infeksi Covid-19.

Ilustrasi virus corona pada anak Afrika. (Dok: Twitter/ @Xy5Z89)

Namun demikian, mereka mengatakan sindrom inflamasi multisistem seperti Kawasaki ini tampaknya memang lebih umum pada anak-anak keturunan Afrika. Studi ini menunjukkan bagiamana kondisi sosial dan kehidupan serta kerentanan genetik menunjukkan gejala klinis yang berbeda dengan penyakit Kawasaki klasik.

"Temuan klinis ini harus mendorong kewaspadaan tinggi di antara perawatan primer dan dokter darurat, serta kesiapsiagaan selama pandemi virus korona 2019 di negara-negara dengan proporsi anak-anak keturunan Afrika yang tinggi," kata para peneliti.

"Para peneliti telah menambahkan lapisan penting pada pengetahuan yang berkembang tentang gangguan ini, memperkuat hubungan antara infeksi Covid-19 dan kondisi ini," kata Mary Beth Son dari Rumah Sakit Anak Boston, dalam tajuk rencana.

Beth Son menekankan, bahwa kondisi tersebut sejauh ini jarang tetapi berpotensi parah dan memerlukan pengawasan serta penelitian kolaboratif.

BACA SELANJUTNYA

Kontrol Dampak Gejala Long Covid-19, Konsumsi 5 Jenis Makanan Ini!