Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Sebuah momen pilu saat seorang anak berusia 2 tahun meninggal di pelukan ibunya setelah berjuang melawan penyakitnya, demensia dini.
Mirryn Cunningham, nama anak tersebut, ia tidak bisa duduk atau berdiri setelah menderita penyakit Batten, kelainan kromosom yang menyebabkan kerusakan otak parah.
Sang ibu Vicky dari Uphall, West Lothian, Scotlandia menceritakan momen pilu saat putrinya meninggal di pelukannya.
"Dia mendapatkan cerita favoritnya dan dia sedang dipeluk. Dia hanya menyenderkan kepalanya dan mengembuskan napas terakhirnya," katanya kepada BBC dilansir dari Mirror.
Baca Juga
-
Benarkah Testosteron Tinggi Bisa Sebabkan Kanker Prostat?
-
Arswendo Atmowiloto Sakit Kanker Prostat, Ketahui Penyebab dan Gejalanya
-
Anak Malas Minum Air Putih? Tenang Ini 5 Cara untuk Mengatasinya!
-
Manfaat Mengunyah Makanan Perlahan, Bisa Bantu Turunkan Berat Badan
-
Bukan Hanya Melepas Stres, Liburan Ternyata Baik untuk Kesehatan Jantung
Mirryn meninggal pada hari Minggu di Children's Hospice Association Scotland (CHAS) di Kinross. Di rumah sakit itu pula, ia menghabiskan delapan minggu terakhir hidupnya.
Sang ibu mengenang kembali minggu-minggu terakhir bersama anaknya, saat ia membawanya ke Deep Sea World dan mengadakan pesta menginap dan minum teh.
Mirryn menderita CLN1 Battens sehingga membutuhkan perawatan penuh. Penyakit tersebut telah memengaruhi sistem sarafnya dan menyebabkan masalah buruk dalam penglihatan, gerakan, serta kemampuan berpikirnya.
Vicky mengungkapkan, putrinya lahir saat kehamilannya berusia 31 minggu lebih dua hari. Ia tumbuh sehat hingga berusia 10 bulan.
Namun, saat putrinya tak bisa mencengkeram apapun, Vicky menyadari ada yang salah dan membawanya mengunjungi dokter.
Mirryn lantas dirujuk ke rumah sakit dan pemeriksaan MRI pada Januari 2019 mengungkapkan ternyata ia menderita penyakit CLN1 Batten, atau demensia dini.
Bayi yang lahir dengan kondisi ini awalnya berkembang secara normal pada beberapa bulan pertama kehidupannya. Namun menjelang akhir tahun pertama, kemajuan perkembangannya mulai melambat.
Bayi ini juga kemungkinan akan mengalami kesulitan tidur malam dan gelisah di pagi hari.
Gejala awal penyakit ini meliputi masalah penglihatan, kejang, perubahan perilaku, seperti lambat belajar atau regresi, dan mengucapkan hal berulang-ulang.
Terkini
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
Berita Terkait
-
Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
-
Remaja 12 Tahun Top Up Game Online Pakai Uang Sumbangan Pengobatan Kanker Sang Ayah
-
Remaja 12 Tahun Top Up Game Online Pakai Uang Sumbangan Pengobatan Kanker Sang Ayah
-
Pakar Jelaskan Gejala Awal Gagal Jantung yang Seringnya Tidak Diperhatikan Penderita, Apa Saja?
-
Ashton Kutcher Idap Penyakit Autoimun Vaskulitis, Kenali Gejalanya Pada Tiap Bagian Tubuh!
-
Idap Penyakit Autoimun Langka, Ashton Kutcher Sempat Buta, Tuli Hingga Lumpuh!
-
Jarang Tertawa Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung, Ini Sebabnya!
-
Dampak Perubahan Iklim: Penyebaran Penyakit Menular Meningkat di Masa Depan
-
Tak Ada Biaya Obati Penyakit Langka, Wanita Ini Terpaksa Jual Foto Vulgar di OnlyFans!
-
Bakteri Penyebab Penyakit Langka Ditemukan di Teluk Mississippi, Kenali Tanda-tandanya!