Minggu, 05 Mei 2024
Rauhanda Riyantama : Jum'at, 14 Desember 2018 | 16:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Dewasa ini, kata 'nyinyir' kian masif untuk menyebut orang yang suka berpendapat negatif. Padahal bila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nyinyir artinya mengulang-ulang perintah, atau dengan kata lain cerewet.

Orang seperti ini biasanya gemas untuk tidak mengomentari orang lain, mulai dari gaya berpakaian hingga kehidupan pribadinya. Parahnya lagi, orang yang suka nyinyir tega berkomentar negatif meski orang yang dinyinyiri sedang tertimpa musibah.

Bila melihat fenomena di atas, benarkah orang yang suka nyinyir termasuk mengalami gangguan jiwa?

Merangkum dari berbagai sumber, komentar negatif umumnya dilandasi oleh rasa iri dan dengki terhadap kesuksesan atau kekayaan orang lain. Biasanya perilaku nyinyir lebih banyak terjadi di media sosial daripada lingkungan sosial.

Alasannya pun beragam, namun yang utama karena sang pelaku nyinyir tidak bertatap muka langsung dengan si korban. Jadi mereka lebih berani dalam berkomentar pedas, tanpa mengira-ngira apakah itu menyakitkan atau tidak.  

Iri adalah perasaan manusiawi yang wajar terjadi. Namun yang menjadi masalah adalah ketika perasan iri itu tidak terkontrol dan berubah menjadi hal yang negatif, seperti menghina orang di media sosial.   

Apabila perasaan iri ini dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan pikiran negatif semakin menguasai dan rasa bersyukur akan semakin sulit masuk. Dampaknya orang itu akan selalu berusaha mencari sisi negatif dan kebusukan orang lain.

Namun sebenarnya, kebiasaan nyinyir bukanlah bentuk dari gangguan jiwa, melainkan murni variasi dari sifat manusia. Meski demikian, nyinyir bisa jadi merupakan salah satu watak orang yang mengalami gangguan jiwa, seperti gangguan kepribadian atau bipolar

BACA SELANJUTNYA

PDSKJI: 1 dari 5 Orang Indonesia dengan Gangguan Jiwa Berpikir Bunuh Diri