Rabu, 01 Mei 2024
Rauhanda Riyantama : Jum'at, 17 Agustus 2018 | 19:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Hasil studi terbaru terhadap mumi berhasil mengungkap rahasia yang digunakan orang Mesir kuno untuk mengawetkan manusia. Temuan tersebut sekaligus menguak misteri bahwa orang Mesir kuno telah membuat mumi jauh lebih awal dari dugaan sebelumnya. 

Temuan yang dipublikasikan di Archaeological Science, para peneliti mempelajari sebuah mumi di The Egyptian Museum di Turin, Italia. Menurut penjelasan Stephen Buckley, arkeolog dari University of York dan juga anggota riset, mumi tersebut memberikan petunjuk kunci atas cara orang Mesir kuno membuat mumi.

Buckley dan koleganya bisa menemukan resep tersebut dengan mempelajari jejak kimia dari setiap bahan yang digunakan. Jadi ditemukan bahwa resep dasar mumi menggunakan sebuah minyak tumbuhan yang diduga adalah minyak wijen, ekstrak tanaman yang diduga lidi air, gula alami yang diekstrak dari pohon akasia, dan getah pohon pinus.

Diduga bahwa ketika semua dicampurkan, getah pohon pinus tersebut memberikan sifat anti bakteri, yang kemudian melindungi tubuh dari pembusukan. "Sayangnya sampai sekarang kita belum menemukan mumi zaman prasejarah yang mendemonstrasikan, secara kimiawi, asal mula teknik mumifikasi yang kita pelajari sekarang," ujar Buckley, dikutip dari BBC.

Kain yang membungkus mumi. (Stephen Buckley/University of York)

Teliti Beberapa Mumi

Buckley telah memulai usaha pencarian resep mumi ini beberapa tahun lalu. Awalnya ia dan timnya mempelajari zat kimia dari perban pembalut mumi yang berada di Bolton Museum, Inggris.

Ditemukan bahwa perban tersebut berasal dari tahun 4000 Sebelum Masehi (SM), jauh lebih tua dari dugaan awal pertama kalinya proses mumifikasi dilakukan.

"Mumifikasi secara umum diduga dimulai sekitar 2600 SM, ketika Piramida Agung Giza sedang dibangun. Namun kita menemukan adanya bukti bahwa usaha pengawetan tubuh dimulai lebih awal dari masa tersebut," ungkap Buckley.

Hal ini membawa tim tersebut untuk mempelajari mumi yang berada di The Egyptian Museum Turin, Italia. Mumi di Turin itu masih belum banyak tersentuh, dan memberikan kesempatan unik bagi peneliti untuk mempelajari zat kimia dari Mesir kuno yang masih belum tercemar.

Menurut Jana Jones, ahli sejarah Mesir dan praktik pemakaman Mesir kuno dari Macquarie University di Sydney, mempelajari mumi di Turin memberikan kontribusi besar bagi pemahaman atas periode prasejarah serta praktik awal mumifikasi di Mesir.

Penemuan mumi. (AFP/Khaled Desouki)

"Dengan menggabungkan analisis kimia dengan penyelidikan visual terhadap tubuh mumi di Turin, kami mengonfirmasi bahwa ritual mumifikasi dilakukan sekitar tahun 3600 SM. Dan juga mumi ini adalah seorang pria berusia antara 20 hingga 30 tahun saat meninggal," jelas Jones.

Sementara itu, Buckley menerangkan bahwa temuan ini juga bisa menjelaskan bagaimana sejarah pembentukan Mesir sebagai suatu negara. Selain itu, dapat dipelajari bagaimana dan kapan orang Mesir kuno menyempurnakan resep pengawetan anti bakteri mereka.

"Di Mesir, mumifikasi adalah jantung dari kebudayaan orang Mesir kuno. Bagi mereka kehidupan setelah mati adalah kelanjutan dari hidup. Namun, mereka harus mengawetkan tubuh agar arwahnya tetap memiliki tempat untuk tinggal," pungkas Buckley.

BACA SELANJUTNYA

Sering Berpikiran Negatif? Waspada Dampaknya pada Otak yang Tak Main-main