Rabu, 24 April 2024
Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni : Selasa, 01 Desember 2020 | 13:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Baru-baru ini viral di media sosial, seorang ibu mengalami depresi setelah melahirkan anak pertamanya. Ia bernama Dina Novelis, seorang ibu muda usia 23 tahun asal Surabaya.

Tapi, Dina Novelis justru menerima kenyataan lain ketika dirinya mengalami depresi pasca melahirkan anak pertamanya yang disebut sebagai postpartum depression.

Jauh sebelum anaknya lahir pada November 2018, Dina Novelis sudah didiagnosis menderita gangguan bipolar pada 2017 silam. Dina pun harus mengonsumsi obat terus-menerus untuk menjalani hidupnya.

Setelah menikah pada Febuari 2018 dan dinyatakan hamil pada minggu ketiga, Dina pun harus menghentikan semua obat penyakit bipolar itu demi menjaga janinnya.

"Siap tidak siap, dokter menguatkan saya untuk menjaga kehamilan dengan tanpa obat demi menjaga janin yang saya kandung," ujar Dina Novelis ketika dihubungi Suara.com melalui WhatsApp, Jumat (27/11/2020).

Dina Novelis dan anaknya (Instagram/@dinanovelis)

Layaknya ibu hamil pada umumnya, Dina Novelis juga mengalami perubahan hormon drastis yang menyebabkan sensi, marah hingga menangis. Bahkan ia beberapa kali mengalami flek tetapi beruntungnya janin dalam kandungannya masih selamat.

"Di awal kehamilan saya mengalami depresi, karena hormon stres yang bertubi-tubu ditambah dengan riwayat penyakit saya," ujarnya.

Namun setelahnya, suasana hati Dina cukup stabil saat menjalani kehamilannya. Ia sangat bergembira hendak menyambut kelahiran sang buah hati di dunia.

Ia mengikuti hypnobirthing hingga yoga hampir setiap minggunya. Dengan harapan, ia bisa melahirkan anaknya secara normal, tanpa kesakitan dan jahitan.

Sayangnya, semua harapan Dina melahirkan anak secara normal tak sesuai kenyataannya. Pada 13 November 2018, ia kontrol ke dokter untuk memeriksa kondisi ketubannya yang ternyata sudah mengalami pembukaan dua.

Kisah Dina Novelis (Instagram/@dinanovelis)

Saat itu Dina terkejut sekaligus senang karena akan segera bertemu anaknya. Ia pun menginap di rumah sakit dan semakin semangat melakukan segala hal yang bisa memicu pembukaan untuk mendukung persalinan normal berjalan lancar.

Malam harinya, pembukaan Dina tak kunjung bertambah. Ia juga menolak ketika dokter menawarkan induksi dan memilih tidur sampai pagi sambil berdoa serta minum air zam-zam.

Tapi, pembukaannya tetap tidak bertambah di pagi harinya hingga ingin pulang. Dokter pun langsung menyarankannya operasi caesar demi keselamatan bayinya. Di sisi lain, ketubannya sudah di bawah 5 persen.

Dina menangis sejadi-jadinya hingga berani memutuskan untuk operasi caesar, karena detak janinnya juga sudah tidak stabil. Dalam waktu kurang 3 jam, Dina menenangkan diri dengan bantuan bidan praktisi yoganya dan keluarganya.

"Sebelum operasi, saya dan suami menangis bersama. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya, saya minta maaf jika selama ini mungkin saya telah menjadi istri yang durhaka," ujarnya.

Singkatnya, Dina mengalami postpartum depression setelah melahirkan anaknya secara caesar. Masalah mental yang dihadapi Dina kala itu tentu berbeda dengan baby blues yang biasa dialami ibu setelah melahirkan.

Postpartum depression membuat Dina merasa pandangannya melemah, kosong, dan semuanya terasa bagaikan mimpi. Bahkan ia sempat ingin menyayat nadi di tangannya menggunakan silet, tetapi kejadian itu berhasil dicegah oleh kakaknya.

Dina pun disarankan minum obat pengering jahitan dan obat peredam depresi, tapi ia menolak semuanya demi ASI sang buah hati.

"Saya membayangkan membanting anakku sendiri. Saya tak mampu sekadar memeluk bayi yang baru saya lahirkan, rasanya sakit sekali," katanya.

Tak hanya itu, depresi pasca persalinan ini juga membuat Dina sempat bisu satu hari dan amnesia total beberapa saat. Dina bahkan menolak suami dan anaknya karena merasa belum pernah menikah.

Dina ketakutan setiap kali melihat cermin dan ponsel karena menolak realita sudah menjadi ibu rumah tangga. Ia juga menurunkan semua foto dengan suaminya karena merasa itu bukan dirinya.

"Sambil mengingat kembali, suami saya tetap memberi dukungan dan menghargai saya dengan tidak menyentuh saya. Sampai saya akhirnya ingat bahwa kami sudah menikah," katanya.

Namun, penderitaan Dina belum berakhir dengan postpartum depression saja. Ia juga mengalami gejala Borderline Personality Disorder (BPD) yang membuatnya delusi parah setiap berada di kerumunan dan bertemu banyak orang.

Karena, Dina merasa semua orang mem-bully dan menertawakannya. Dina kesulitan membedakan mana realita dan halusinasi, sehingga ia menolak berbicara dengan orang lain, kecuali keluarga dan teman dekatnya.

Beruntungnya, Dina bisa melalui semua masa sulitnya itu dengan perbanyak dzikir, membaca Al Quran dan ibadah. Setelah depresinya berangsur hilang, ia pun mulai hidup bahagia bersama keluarga kecilnya sampai sekarang.

 

BACA SELANJUTNYA

Derita Depresi Akibat Kanker, Wanita 77 Tahun Ini Konsumsi Magic Mushroom