Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Keberhasilan kehamilan ternyata bukan hanya soal kekuatan sperma, namun juga fungsi lendir dalam serviks perempuan. Sebuah studi menunjukkan bahwa partikel kimiawi dalam lendir sistem reproduksi perempuan mampu memilah sperma berkualitas untuk tetap hidup sampai ke ovarium.
Melansir dari CNN, sebuah penelitian yang diterbitkan pada Rabu (19/8/2020) menunjukkan bahwa seleksi masuknya sperma terjadi di serviks perempuan. Gerakan, kecepatan, dan kelangsungan hidup sperma dipengaruhi oleh tingkat kompatibilitas genetik antara lendir serviks perempuan dan sperma.
Dalam hal ini, sekresi reproduksi perempuan membantu sperma yang paling mungkin memberikan keturunan untuk tetap bertahan hidup.
"Seluruh saluran reproduksi perempuan tampaknya telah berevolusi untuk menyaring spermatozoa yang tidak diinginkan," kata Jukka Kekäläinen, seorang profesor di departemen ilmu lingkungan dan biologi di Universitas Finlandia Timur yang menulis penelitian tersebut.
Baca Juga
-
Pandemi Virus Corona Belum Berakhir, Wabah Salmonella Landa Amerika Serikat
-
Studi: Pria yang Obesitas Lebih Mungkin Meninggal Jika Terinfeksi Covid-19!
-
Studi Baru Sebut Virus Influenza Bisa Menyebar Lewat Partikel Debu
-
Peneliti Temukan Penambang China Alami Gejala Mirip Covid-19 pada 2012
-
Sudah Pulih, Mantan Pasien Covid-19 Ini Masih Alami Rasa Logam di Mulut
-
Masalah Mental saat Pandemi Terjadi pada Anak Muda, Ini Faktor Penyebabnya
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa setelah vagina, rintangan besar pertama yang ditemui sperma dalam perjalanannya menuju pembuahan adalah leher rahim (serviks). Serviks biasanya diisi dengan lendir kental di mana menjadi lebih tipis dan lebih dapat ditembus sebelum seorang wanita berovulasi.
Lendir ini dianggap membantu sperma normal berjalan lebih mudah dan menghalangi sperma yang tidak normal. Menurut Kekäläinen, lendir serviks memiliki efek lebih kuat pada sperma.
Penemuan ini dapat digunakan untuk memajukan pemahaman tentang ketidaksuburan, terutama pada pasangan yang memiliki diagnosis subur tapi tidak kunjung memiliki keturunan. Studi ini juga diharapkan dapat memfasilitasi pengembangan diagnosa infertilitas yang lebih personal untuk meningkatkan akurasi dari diagnosa.
Terkini
- 5 Fakta Menarik Olahraga Pole Dance yang Dilakukan Azizah Salsha
- Kate Middleton Umumkan Dirinya Menderita Kanker, Tepis Semua Konspirasi Liar yang Beredar
- Ovarium Kiri Kiky Saputri Diangkat karena Kista, Masih Adakah Peluang Hamil di Kondisi Ini?
- Takut ASI Berkurang Drastis saat Puasa? Begini Kata Dokter
- Wulan Guritno Berhenti Konsumsi Gula, Manfaatnya Tak Cuma Bikin Kulit Lebih Kenyal Lho
- Seperti Dialami BCL, Ini 5 Penyebab Perut Buncit pada Wanita
- Mengenal Sindrom Stevens-Johnson yang Dialami Kartika Putri, Wajahnya Dipenuhi Luka Melepuh
- Agar Ibu dan Bayi Tetap Sehat, Ketahui 5 Cara Mengatasi Baby Blues
- 3 Manfaat Pilates, Olahraga yang Rutin Dilakukan Bunga Citra Lestari
- Celine Dion Alami Stiff Person Syndrome, Apa Itu?
Berita Terkait
-
Tingkatkan Kualitas Sperma, Cobalah Sering Berhubungan Seks!
-
Studi Temukan Menelan Sperma Bisa Bantu Meningkatkan IQ, Benarkah?
-
Bukan 25 Tahun, Inilah Usia Paling Tepat Laki-laki Menjadi Ayah
-
Pria Harus Tahu, Ini Waktu yang Tepat untuk Program Punya Anak!
-
Orgasme Kering Adalah Hal Umum Bagi Pria, Apa Artinya?
-
Sering Salah Kaprah, Orgasme dan Ejakulasi Adalah Dua Hal yang Berbeda
-
Turunkan Risiko Idap Kanker Serviks, Terapkan Pola Diet Sehat Ini!
-
Kemenkes Perluas Demonstrasi Vaksin HPV untuk Kurangi Kasus Kanker Serviks
-
Waduh, Virus Corona Covid-19 Bisa Turunkan Jumlah Sperma Selama 3 Bulan
-
Studi Inggris: Vaksin HPV Terbukti Mengurangi Kasus Kanker Serviks