Selasa, 30 April 2024
Vika Widiastuti | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana : Jum'at, 08 Maret 2019 | 15:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Pada Hari Perempuan Internasional 2019, Jumat (8/3/2019) ini, banyak orang menyoroti perilaku body shaming, yang khususnya mengorbankan banyak perempuan. Salah satu negara yang berfokus pada penghentian perilaku ini adalah India.

Diberitakan Hindustan Times, body shaming adalah perilaku yang tersebar luas di perkotaan India dan lebih sering diarahkan pada wanita daripada pria. Fortis Healthcare, departemen ilmu kesehatan mental dan perilaku, telah melakukan survei terkait body shaming pada 1.244 wanita berusia antara 15 hingga 45 tahun di delapan kota di India, termasuk Delhi, Mumbai, Bengaluru.

Direktur Fortis Healthcare Dr Samir Parikh, yang memimpin survei, mengatakan, body shaming adalah suatu bentuk intimidasi di mana penampilan fisik seseorang menjadi sasaran komentar atau kritik negatif.

"Ini merusak kepercayaan diri seseorang, seperti yang saya lihat pada pasien saya, yang bahkan tidak menyadari penyebab masalah mereka. Tanpa menyadari alasannya, mereka tampaknya juga mengurangi keterlibatan sosial karena komentar orang tentang penampilan mereka itu sangat berpengaruh," katanya.

Ilustrasi Hari Perempuan Internasional - (Instagram/@mallalee)

Sekolah dan tempat kerja adalah tempat di mana sebagian besar orang cenderung mengalami body shaming, dan seringnya, orang yang cenderung memberi komentar negatif tentang berat badan, bentuk tubuh, warna kulit, serta kualitas rambut adalah teman korban sendiri.

"Memang benar penampilan berperan penting dalam mengembangkan citra diri pada orang-orang muda. Dalam sejumlah besar kasus depresi dan kecemasan, citra tubuh negatif dipandang sebagai penyebab yang mendasarinya," jelas Dr Rajesh Sagar, profesor dari departemen psikiatri All India Institute of Medical Sciences, Delhi.

Para ahli mengatakan bahwa selain mendorong wanita agar merasa percaya diri dan merasa nyaman dengan citra tubuh mereka sendiri, sekolah dan orang tua harus bertanggung jawab dalam menyadarkan anak-anak tentang perilaku yang pantas dan tidak pantas.

"Kita perlu menjadi lebih sensitif sebagai masyarakat dan harus ada penyensoran diri dengan mengakui bahwa kata-kata dapat menciptakan dampak pada orang lain di masyarakat kita. Selain itu, perilaku semacam ini benar-benar dapat memengaruhi psikologi generasi mendatang," tegas Parikh.

BACA SELANJUTNYA

Ketahui Zoom Dysmorphia, Terjadi pada Orang yang Sering Konferensi Video