Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Sebuah studi baru mengemukakan, remaja perempuan yang mendonorkan darahnya lebih berisiko mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan pendonor yang memiliki usia lebih tua dan yang tidak melakukan donor.
Hal tersebut berarti, mereka berisiko lebih tinggi pingsan dan merasa tidak enak badan seusai mendonorkan darah.
Studi ini dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas John Hopkins di Baltimore, Maryland, dan juga menunjukkan bahwa kekurangan tersebut dapat memiliki efek buruk pada perkembangan otak remaja perempuan ini.
Di AS, menurut Palang Merah Amerika, diperkirakan 6,8 juta orang menyumbangkan darah setiap tahun dan sebagian besar dari mereka adalah remaja.
Baca Juga
-
Penyintas Kanker Payudara Bagikan 5 Gejala yang Harus Diwaspadai, Cek Yuk!
-
Kisah Jamie, Anak yang Dibuang dan Bertemu Orang tuanya 30 Tahun Kemudian
-
Sebanyak 84 Orang Tewas Akibat Tenggak Minuman Keras Oplosan
-
Lima Gangguan Mulut Ini Jarang Diketahui, Salah Satunya Lidah Berbulu Hitam
-
Bikin Rambut Makin Cantik dengan Lima Ramuan Lidah Buaya Ini, yuk!
Untuk studi yang dipublikasikan dalam jurnal Transfusion ini, para peneliti mengamati 9,647 peserta perempuan berusia antara 16 dan 49 tahun, yang semuanya memberikan sampel darah dan riwayat sumbangan darah mereka. Dari kelompok ini, 2.419 adalah remaja.
Para penulis menjelaskan bahwa mendonorkan darah, yang biasanya akan mengurangi 200-250 miligram zat besi dari pendonor, dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan remaja perempuan.
Khususnya karena remaja memiliki volume darah yang lebih rendah, tetapi kadar zat besi yang lebih tinggi, yang berarti bahwa ketika mereka mendonorkan darah, mereka kehilangan lebih banyak zat besi untuk volume darah yang sama daripada orang dewasa yang lebih tua.
Ada beberapa peraturan yang berlaku di AS untuk melindungi donor darah dari kekurangan zat besi, seperti persyaratan berat minimum dan interval delapan minggu wajib antara waktu donor, tetapi penulis studi mengatakan lebih banyak kebijakan diperlukan untuk mendukung kesehatan perempuan muda.
"Kami tidak mengatakan bahwa donor yang tidak memenuhi syarat seharusnya tidak menyumbang," kata pemimpin penulis penelitian Aaron Tobian, direktur kedokteran transfusi di Rumah Sakit John Hopkins dan profesor patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins.
"Sudah ada masalah dengan kurangnya pasokan darah di AS. Namun, peraturan baru atau standar akreditasi dapat membantu membuat donor darah lebih aman bagi pendonor muda," ungkap pemimpin penulis penelitian Aaron Tobian, direktur kedokteran transfusi di Rumah Sakit John Hopkins dan profesor patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins.
Tetapi, para peneliti menekankan ini seharusnya tidak menghalangi orang untuk menjadi donor. Jadi, lebih baik mendorong mereka untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan, seperti suplemen zat besi.
Gejala anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat besi, antara lain adalah kelelahan, sesak napas, kulit pucat dan jantung berdebar-debar.
Hal itu dapat dapat diobati dengan mengambil tablet zat besi atau dengan makan makanan kaya zat besi, seperti kacang-kacangan dan sayuran hijau bagi remaja perempuan yang donor darah dan mengalami kekurangan zat besi tersebut. (Suara.com/Dinda Rachmawati)
Terkini
- 5 Fakta Menarik Olahraga Pole Dance yang Dilakukan Azizah Salsha
- Kate Middleton Umumkan Dirinya Menderita Kanker, Tepis Semua Konspirasi Liar yang Beredar
- Ovarium Kiri Kiky Saputri Diangkat karena Kista, Masih Adakah Peluang Hamil di Kondisi Ini?
- Takut ASI Berkurang Drastis saat Puasa? Begini Kata Dokter
- Wulan Guritno Berhenti Konsumsi Gula, Manfaatnya Tak Cuma Bikin Kulit Lebih Kenyal Lho
- Seperti Dialami BCL, Ini 5 Penyebab Perut Buncit pada Wanita
- Mengenal Sindrom Stevens-Johnson yang Dialami Kartika Putri, Wajahnya Dipenuhi Luka Melepuh
- Agar Ibu dan Bayi Tetap Sehat, Ketahui 5 Cara Mengatasi Baby Blues
- 3 Manfaat Pilates, Olahraga yang Rutin Dilakukan Bunga Citra Lestari
- Celine Dion Alami Stiff Person Syndrome, Apa Itu?
Berita Terkait
-
Minum Teh Punya Efek Baik untuk Pencernaan, tapi Tergantung Jenisnya
-
Lindungi Tubuh dari Virus Corona Covid-19, Minum Suplemen Tambahan Ini!
-
Awas, Kekurangan Zat Besi Bisa Memperburuk Kondisi Kesehatan Mental
-
Untuk Menangkal Covid-19, Konsumsi Makanan Kaya Zat Besi Ini
-
Nia Ramadhani Kekurangan Zat Besi, Awas Bahaya Komplikasinya!
-
Donor Darah Usai Suntik Vaksin Covid-19, Amankah?
-
Berawal dari Internet, Gadis Ini Tahu Bahwa Dirinya Menderita Kanker Akut
-
Tangan dan Kaki Dingin, Bisa Tanda Kekurangan Zat Besi pada Anak
-
Tenang, Donor Darah di Tengah Pandemi Corona Terbukti Aman
-
Kadar Zat Besi yang Tinggi dapat Memperburuk Penyakit Asma!