Sabtu, 27 April 2024
Rima Sekarani Imamun Nissa | Shevinna Putti Anggraeni : Minggu, 06 Oktober 2019 | 11:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Setelah berhasil menurunkan berat badannya hingga 23 kg, Jaoquin Phoenix pemeran film Joker ternyata mengalami gangguan makan. Gangguan mental yang dialami Jaoquin Phoenix tersebut merupakan dampak dari penurunan berat badannya.

Seperti yang diketahui, Phoenix menurunkan berat badannya demi totalitas bermain dalam film Joker. Sayangnya, usaha Phoenix menurunkan berat badan juga berdampak pada kesehatan mentalnya.

Pasalnya, Phoenix menjadi obsesif terhadap makanan dan berat badan, menarik diri dari aktivitas sosial, mudah lelah hingga kesulitan konsentrasi.

"Ternyata penurunan berat badan yang ekstrem berdampak pada psikologi Anda dan Anda benar-benar akan menjadi gila ketika kehilangan berat badan sebanyak itu dalam waktu singkat," tutur Phoenix, dikutip dari Insider.

Seorang ahli berpendapat bahwa kondisi Phoenix sekarang ini merupakan tanda-tanda gangguan makan serius yang dapat mengancam jiwa.

Melansir dari Healthline, gangguan makan adalah ganguan mental yang diekspresikan melalui kebiasaan makan tak normal atau terganggu.

Joaquin Phoenix. (Instagram/@jokermovie)

Kondisi ini umumnya berasal dari obsesi dengan makanan, berat badan atau bentuk tubuh dan sering mengakibatkan konsekuensi kesehatan serius lain.

Bahkan dalam beberapa kasus, gangguan makan dapat mengakibatkan kematian. Tetapi, seseorang dengan gangguan makan umumnya akan mengalami beberapa gejala umum terlebih dahulu.

Sebagian besar termasuk membatasi asupan makan yang sangat ketat atau memuntahkan kembali makanannya. Biasanya, gangguan makan ini sangat rentan dialami wanita muda, meskipun semua gender dan usia bisa saja mengalaminya.

Lalu, apa penyebab seseorang bisa mengalami gangguan makan?

Ilustrasi gangguan makan [shutterstock]

Para ahli percaya bahwa gangguan makan bisa disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya genetika. Studi terbaru menemukan, anak kembar yang dipisahkan atau diadopsi oleh keluarga berbeda telah meningkatkan risiko gangguan makan pada mereka.

Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa kalau salah satu dari mereka mengalami gangguan makan, satu lainnya kemungkinan mengembangkan gejala yang sama sekitar 50 persen.

Selain itu, kepribadian seseorang juga bisa meningkatkan risiko gangguan makan, seperti neurotisme, perfeksionisme dan impulsif. Penyebab lainnya adalah tekanan, preferensi budaya, serta pengaruh media sosial.

Jika Anda melihat gejala-gejala seseorang mengarah pada gangguan makan, sebaiknya segera membawanya ke ahli agar bisa diatasi lebih awal.

BACA SELANJUTNYA

Cara Supaya Penderita PCOS Bisa Menurunkan Berat Badan, Begini Solusi Ahli Gizi