Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Jalani pola makan sehat memang suatu keharusan untuk menjaga kesehatan tubuh. Saat ini pun sudah banyak pilihan makanan sehat yang menjadi trend gaya hidup.
Tetapi, tidak semua makanan sehat itu baik dikonsumsi. Bahkan Anda mungkin berpikir sangat mustahil makanan sehat bisa menyebabkan penyakit.
Faktanya dilansir dari Times of India, ada banyak gangguan obsesif-kompulsif yang terkait dengan kebiasaan makan, salah satunya orthorexia.
Orthorexia juga dikenal sebagai orthorexia nervosa, yakni jenis gangguan makan yang ditandai dengan fiksasi berlebihan dengan kebiasaan makan sehat.
Baca Juga
-
Susu Diandalkan untuk Imunitas, Bagaimana Jika Intoleransi Laktosa?
-
Viral Susu Bear Brand Jadi Rebutan, Ini Kata Praktisi Gizi
-
Kasus Infeksi Jamur Hitam Terdeteksi di Inggris, Ahli Sebut Badai Covid-19!
-
Isolasi Mandiri Karena Positif Covid-19, ini Langkah yang Harus Dilakukan!
-
Kontrol Kadar Gula Darah Pasca Terinfeksi Covid-19, Lakukan 3 Langkah ini!
-
Teknik Proning Bisa Bantu Tingkatkan Kadar Oksigen Pasien Covid-19
Tak seperti gangguan makan lainnya, sebagian besar kasus orthorexia ini berkaitan dengan kualitas makanan daripada kuantitas makanan. Orang dengan gangguan ini biasanya tak perlu khawatir dengan kondisi kesehatan fisiknya, karena mereka memang mengonsumsi makanan kualitas paling murni.
Meski begitu, para peneliti dan dokter mengatakan ada beberapa gejala orthorexia yang perlu diwaspadai, termasuk membaca daftar bahan dan label fakta gizi dari makanan yang ingin dikonsumsi secara kompulsif, menghilangkan semakin banyak item atau kategori makanan, cemas ketika ada makanan sehat yang tidak bisa diakses.
Namun, bukan berarti semua orang yang menjalani diet atau pola makan sehat akan berisiko mengalami orthorexia. Ketika suatu kebiasaan menjadi terpaku dan obsesif, hal itu bisa menjadi penyebab kekhawatiran.
Walaupun orthorexia ini tak terlalu mengkhawatirkan, tapi kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi secara fisik, mental dan sosial. Penderita bisa mengalami malnutrisi, anemia dan detak jantung yang sangat lambat karena kurangnya nutrisi yang dibutuhkan.
Malnutrisi parah bisa menyebabkan masalah pencernaan, ketidakseimbangan elektrolit dan hormonal, asidosis metabolik dan masalah kesehatan tulang.
Pada waktu bersamaan, seseorang mungkin menghadapi efek psikologis yang sangat besar, seperti kurang fokus dan kehilangan minat pada aktivitas sosial.
Terkini
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
Berita Terkait
-
5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
-
Melly Goeslaw Bahagia Setelah Operasi Bariatrik, Bisakah Berat Badannya Naik Lagi?
-
Makanan dan Minuman Ini Sangat Bagus untuk Penderita Demam Berdarah, Apa Saja?
-
Tips Diet Ini Justru Efektif dan Bikin Cepat Menurunkan Berat Badan, Apa Saja?
-
Ingin Menambah BB? Konsumsi 4 Jenis Makanan Ini Secara Rutin!
-
Harus Dijaga, Inilah Makanan yang Harus Dihindari Setelah Operasi Batu Empedu
-
Terapi Tertawa Bisa Mengurangi Rasa Sakit dan Stres
-
Dua Hal yang Harus Dilakukan Saat Sahur agar Kamu Berenergi Selama Puasa, Apa Saja?
-
Pola Makan Optimal Dapat Meningkatkan Peluang Hidup Menjadi Lebih Panjang
-
Dampak Pelecehan Seksual pada Korban, Tak Bisa Dipandang Remeh