Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Saling punya kuasa dalam hubungan mungkin membuat pasangan menjadi tampak berada dalam hubungan bisnis. Namun perlu diketahui, bahwa sebuah studi dari Journal of Social and Personal Relationships yang disusun oleh Martin Luther University Halle-Wittenberg (MLU) dan University of Bamberg menyatakan bahwa setiap pasangan harus ada dinamika kekuasaan untuk menciptakan kepuasan hubungan.
Melansir dari Medical Xpress, kekuasaan adalah tentang mampu mempengaruhi orang dan berhasil menolak upaya orang lain untuk mempengaruhi Anda.
“Bagaimanapun, kekuasaan juga berperan dalam hubungan romantis. Perasaan mampu mengambil keputusan dalam sebuah pernikahan bisa berpengaruh besar pada kualitas hubungan," kata Robert Körner dari Institut Psikologi di MLU.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa jarang ada keseimbangan kekuatan dalam pasangan. Sebagian besar, pria memiliki pengaruh lebih besar pada keputusan daripada wanita. Namun, peran gender tradisional telah berubah.
Baca Juga
-
Bayi Baru Lahir Sudah Punya Gigi, Adakah Dampak Natal Teeth?
-
Gabungan Vaksin AstraZeneca dan Pfizer Bisa Beri Kekebalan Lebih Tinggi
-
Dipakai di Indonesia, Singapura Justru Ragu Pakai Vaksin Sinovac!
-
Bisa Deteksi Virus Corona, Ilmuwan Buat Masker dengan Sensor Warna!
-
Peneliti Bantah Ivermectin Bahaya Dikonsumsi Pasien Covid-19 Setiap Hari
-
Bahaya Bagi Pasien Diabetes, Sayuran ini Bisa Tingkatkan Gula Darah!
"Hubungan romantis menjadi lebih setara terutama di masyarakat barat," kata Körner. Bersama dengan Profesor Astrid Schütz, seorang peneliti kepribadian dari Universitas Bamberg.
Pasangan yang paling bahagia adalah pasangan di mana kedua pasangan melaporkan rasa kekuatan pribadi yang tinggi. Artinya pasangan memiliki kekuasaan dinamis di mana terkadang laki-laki yang lebih berkuasa terkadang perempuan. Tapi memiliki intensitas yang tak timpang.
"Tampaknya perasaan subjektif kekuasaan dan perasaan mampu bertindak bebas secara signifikan mempengaruhi kualitas hubungan," kata Körner menyimpulkan. Pada sebagian besar pasangan ini, kedua pihak menyatakan bahwa mereka mampu menegaskan preferensi mereka ketika membuat keputusan yang penting bagi mereka.
Terkini
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
Berita Terkait
-
Cobalah Berhubungan Seks Setidaknya Sekali Seminggu, Ini Lho 3 Manfaatnya!
-
Tak Semua Wanita Bisa Alami Orgasme Squirting, Ini Lho Penyebabnya!
-
Berhubungan Seks di Dapur Jadi Lebih Hot, Cobalah 5 Posisi Seks Ini!
-
Berapa Lama Wanita akan Mencapai Orgasme? Ini Temuan Ahli!
-
Tak Pernah Merokok, Pasangan Suami Istri Ini Idap Kanker Paru-paru Stadium 4!
-
Hubungan Seks Tak Aman Bisa Picu Infeksi Saluran Kemih, Hindari 4 Posisi Seks Ini!
-
Studi Temukan Menelan Sperma Bisa Bantu Meningkatkan IQ, Benarkah?
-
Kiwil Akui Maniak Seks Sampai Berhubungan Seks 4 Kali Sehari, Ini Ciri-cirinya!
-
Tanda Kamu Pacaran Sama Penderita Gangguan Kepribadian Ambang, Mereka Takut Ditolak!
-
Empati Lebih Penting dari Simpati Saat Mendekati Orang yang Sedang Tepuruk