Senin, 29 April 2024
Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni : Minggu, 27 Desember 2020 | 10:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Beberapa waktu lalu, pasien yang sembuh dari virus corona Covid-19 dianggap masih berisiko mengalami infeksi ulang.

Tapi, dua penelitian medis baru menunjukkan bahwa orang yang sudah pernah terinfeksi virus corona sekali sangat kecil kemungkinannya untuk kembali terinfeksi sampai 6 bulan atau lebih lama lagi.

Para peneliti menemukan bahwa orang dengan antibodi dari infeksi alami memiliki risiko yang lebih rendah untuk terinfeksi kembali daripada mendapatkan antibodi dari vaksin.

"Mereka sangat jarang terinfeksi virus corona Covid-19 kembali," kata Dr Ned Sharpless, direktur dari Institut Kanker Nasional Amerika Serikat dikutip dari Fox News.

Kedua studi tersebut menggunakan dua jenis tes, salah satunya tes darah untuk antibodi yang menempel pada virus dan membantu menghilangkannya. Hasil tes darah menunjukkan antibodi bisa bertahan selama berbulan-bulan setelah infeksi awal.

Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)

Jenis tes lain menggunakan sampel hidung dan lainnya untuk mendeteksi virus, yang menunjukkan infeksi sekarang ini atau baru-baru ini terjadi.

Satu studi oleh New England Journal of Medicine, juga telah melibatkan lebih dari 12.500 petugas kesehatan di Rumah Sakit Universitas Oxford di Inggris. Sebanyak 1.265 orang yang memiliki antibodi virus corona pada awalnya, hanya 2 yang kembali positif terinfeksi virus corona setelah 6 bulan sejak infeksi awal.

Berbeda dengan 11.364 pekerja yang awalnya tidak memiliki antibodi, sebanyak 223 dari mereka dinyatakan positif terinfeksi virus corona dalam 6 bulan.

Studi National Cancer Institute juga melibatkan lebih dari 3 juta orang yang menjalani tes antibodi dari 2 laboratorium swasta di Amerika Serikat. Hasilnya, kurang dari 1 persen yang mulanya memiliki antibodi dinyatakan positif virus corona kembali, dibandingkan 3 persen orang yang tidak memiliki antibodi.

Para peneliti Oxford pun melihat bahwa seseorang akan 10 kali lebih kecil kemungkinannya mengalami infeksi virus corona kedua jika memiliki antibodi.

Joshua Wolf, spesialis penyakit menular pun mengatakan temuan ini tidak terlalu mengejutkan.  Namun, antibodi itu sendiri mungkin bukan perlindungan utama tubuh dari virus corona. Antibodi mungkin hanya menjadi tanda bahwa bagian lain dari sistem kekebalan tubuh mampu melawan paparan baru virus corona.

"Kami tidak tahu seberapa lama kekebalan virus corona ini bertahan. Orang tetap perlu melindungi diri dan mencegah infeksi ulang dengan melakukan protokol kesehatan," kata Joshua Wolf.

BACA SELANJUTNYA

Baik Divaksin atau Tidak, Covid-19 Bisa Menginfeksi Ulang Secara Cepat