Sabtu, 20 April 2024
Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah : Senin, 23 November 2020 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Pandemi Covid-19 kembali menyorot masalah obesitas, menunjukkan bahwa kondisi ini tidak hanya merugikan dalam jangka panjang, tetapi dampaknya pun sangat merusak penderitanya.

Dalam laporan terbaru, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan sebanyak 73% pasien Covid-19 adalah orang obesitas.

Awalnya dokter meyakini bahwa obesitas hanya meningkatkan risiko Covid-19 parah dan kematian, bukan peluang untuk terinfeksi.

Sekarang analisis yang lebih baru menunjukkan obesitas juga membuat seseorang rentan terhadap penularan virus corona. Hal ini menjadi sangat jelas bahwa orang obesitas menghadapi bahaya yang nyata.

Dilansir Live Science, obesitas dikaitkan dengan setidaknya 236 diagnosis medis, termasuk 13 jenis kanker. Obesitas juga dapat mengurangi usia seseorang hingga 8 tahun.

Penampakan SARS-CoV-2 di saluran pernapasan (New England Journal of Medicine)

Bagaimana obesitas menyebabkan Covid-19 parah, bahkan hingga kematian?

Catherine Varney, dokter pengobatan keluarga di Gordonville, Virginia, menjelaskan dari bagian fungsi dari jaringan adiposa, penyimpan lemak.

"Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mempelajari jaringan adiposa sendiri berbahaya. Ini melepaskan banyak hormon dan molekul yang menyebabkan keadaan peradangan kronis pada pasien dengan obesitas," sambungnya.

Ketika tubuh dalam keadaan peradangan tingkat rendah yang konstan, tubuh melepaskan sitokin, protein yang melawan peradangan. Protein ini menjaga tubuh tetap waspada dan siap melawan penyakit.

Namun ketika sitokin ini dilepaskan secara kronis, ketidakseimbangan dapat terjadi yang justru menyebabkan cedera di dalam tubuh.

Sementara itu, Covid-19 menyebabkan tubuh membuat badai sitokin lain. "Ketika pasien obesitas terjangkit Covid-19, dua pelepasan sitokin ini datang secara bersamaan, menyebabkan peradangan berlebih yang dapat merusak paru-paru daripada pasien dengan IMT normal," lanjutnya.

COVID-19 (kuning) di antara sel-sel manusia (biru, merah muda dan ungu), credit: NIAID-RML

"Selain itu, keadaan peradangan kronis ini dapat menyebabkan sesuatu yang disebut disfungsi endotel. Dalam kondisi ini, alih-alih membuka, pembuluh darah menutup dan menyempit, yang selanjutnya menurunkan oksigen ke jaringan," imbuhnya lagi.

Peningkatan jaringan adiposa juga keungkinan memiliki lebih banyak reseptor ACE-2.

Sebuah penelitian baru menunjukkan hubungan peningaktan ACE-2 di jaringan adiposa daripada jaringan paru-paru. Jadi, temuan ini semakin memperkuat hipotesis bahwa obesitas memainkan peran utama dalam infeksi Covid-19.

"Secara teori, jika Anda memiliki lebih banyak jaringan adiposa, virus dapat mengikat dan menyerang lebih banyak sel, menyebabkan viral load lebih tinggi yang bertahan lebih lama, yang dapat membuat infeksi lebih parah dan memperpanjang masa infeksi," tandasnya.

BACA SELANJUTNYA

Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!