Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Sering dianggap sebagai salah satu makanan sehat mengandung protein, telur nyatanya tak baik jika keseringan dikonsumsi. Namun penelitian dari University of South Australia menunjukkan bahwa konsumsi telur yang berlebihan dapat meningkatkan risiko diabetes.
Melansir Medical Xpress, orang yang rutin mengonsumsi satu atau lebih telur per hari (setara dengan 50 gram) meningkatkan risiko diabetes hingga 60 persen. Studi ini telah diterbitkan pada British Journal of Nutrition.
"Pola makan adalah faktor yang tampak dan dapat dimodifikasi pada timbulnya diabetes tipe 2, jadi memahami berbagai faktor makanan yang mungkin memengaruhi peningkatan prevalensi diabetes itu cukup penting," kata Ahli epidemiologi dan kesehatan masyarakat, Dr. Ming Li dari UniSA.
Sementara hubungan antara makan telur dan diabetes sering diperdebatkan, penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi telur jangka panjang dan risiko terkena diabetes. Peningkatan risiko diabetes ditentukan oleh glukosa darah puasa.
Baca Juga
-
Disebut Efektif Lawan Corona, Relawan Vaksin Pfizer Alami Mabuk dan Pusing
-
Ahli: Konsumsi Makanan Rendah Glikemik Bisa Tingkatkan Kekebalan
-
Vaksin Pfizer untuk Virus Corona Covid-19, Amankah untuk Ibu Hamil?
-
Sakit Kepala Bisa Jadi Tanda Virus Corona Covid-19, Begini Cirinya!
-
Yuk Coba Tidur Malam dengan Jendela Terbuka, Ini Lho Manfaatnya!
-
Virus Corona Dapat Mengganggu Kesuburan Pria, Bagaimana Bisa?
"Apa yang kami temukan adalah bahwa konsumsi telur jangka panjang yang lebih tinggi (lebih dari 38 gram per hari) meningkatkan risiko diabetes di antara orang dewasa China sekitar 25 persen," ujar dokter Li.
"Selain itu, orang dewasa yang rutin makan banyak telur (lebih dari 50 gram, atau setara dengan satu telur per hari) memiliki peningkatan risiko diabetes hingga 60 persen," imbuhnya.
Dokter Li mengatakan bahwa konsumsi telur yang lebih tinggi terkait dengan risiko diabetes pada orang dewasa China. Efek tersebut juga lebih terasa pada perempuan dibandingkan pria.
"Untuk mengalahkan diabetes, diperlukan pendekatan multisection yang tidak hanya mencakup penelitian, tetapi juga seperangkat pedoman yang jelas untuk membantu menginformasikan dan membimbing publik," kata dokter Li.
Dalam hal ini para peneliti menegaskan bahwa studi lebih lanjut masih diperlukan untuk mengeksplorasi hubungan sebab akibat.
Terkini
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
- Simvastatin Jadi Obat Andalan Penderita Kolesterol saat Lebaran, Ketahui Aturan Minumnya
- 5 Makanan Khas Lebaran yang Bikin Asam Urat Kambuh, Ingat Konsumsi Secukupnya
Berita Terkait
-
Awas, Lingkaran di Bawah Mata Bisa Jadi Tanda Kadar Gula Darah Tinggi
-
Makan Sayuran Ini Bisa Turunkan Kadar Gula Darah, Bagus untuk Penderita Diabetes
-
Hati-hati, Kaki Kesemutan Pada Penderita Diabetes Bisa Jadi Tanda Kondisi Serius!
-
6 Buah Ini Justru Berbahaya Bagi Penderita Diabetes, Ini Alasannya!
-
Biasakan Jalan Kaki setelah Makan, Bisa Bantu Turunkan Risiko Diabetes
-
Cara Menjaga Berat Badan Setelah Operasi Bariatrik, Pembedahan yang Dijalani Melly Goeslaw
-
Bakteri Pada Tinja Orang Sehat Bisa Bantu Obati Diabetes, Ini Temuan Peneliti!
-
Istri Tessy Srimulat Juga Idap Tumor Hati, Adakah Hubungannya dengan Diabetes?
-
Istri Tessy Srimulat Idap Kencing Manis Sebelum Meninggal, Kenali Gejalanya!
-
Awas, Ini 5 Kondisi yang Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung