Jum'at, 19 April 2024
Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah : Kamis, 01 Oktober 2020 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Akibat pasokan masker N95 yang kurang, petugas kesehatan tidak memiliki pilihan lain selain memakainya kembali. Padahal, cara ini sebenarnya dapat meningkatkan risiko penularan virus corona.

Berawal dari masalah tersebut, peneliti dari Department of Energy’s SLAC National Accelerator Laboratory, Stanford University dan University of Texas Medical Branch mencari cara lain untuk mendekontaminasi masker N95 secara lebih mudah.

Melansir Financial Express, mereka menemukan bahwa memanaskan masker N95 secara perlahan dalam kelembapan relatif tinggi dapat menonaktifkan SARS-CoV-2 yang terperangkap di dalam masker, tanpa menurunkan kinerja masker.

"Kemampuan untuk mendekontaminasi beberapa masker saat mereka beristirahat akan mengurangi kemungkinan masker yang terkontaminasi virus Covid-19 terekspos ke pasien lain," jelas fisikawan Stanford Steven Chu, penulis senior pada makalah ini.

Dalam studi ini, peneliti memanaskan sampel masker pada suhu 25 hingga 95 derajat Celcius selama 30 menit dengan kelembapan relatif 100 persen.

Jenis Masker N95. (Pexels)

Menurut mereka, kelembapan dan panas yang lebih tinggi secara substansial dapat mengurangi jumlah virus corona yang terdeteksi pada masker. Namun, mereka harus berhati-hati untuk tidak terlalu panas sebab dapat menurunkan kualitas material dalam menyaring tetesan atau droplet pembawa virus.

'Titik manis' tampak pada suhu 85 derajat Celcius dengan 100 persen kelembapan relatif, tim peneliti tidak dapat menemukan jejak SARS-CoV-2 lagi.

Peneliti juga menemukan cara ini dapat mendekontaminasi masker yang dapat dipakai sebanyak 20 kali.

Selain virus corona, proses dekontaminasi juga bisa dilakukan untuk menghilangkan virus chikungunya.

Peneliti melaporkan hasil mereka pada 25 September 2020 di jurnal ACS Nano. Penelitian ini didukung oleh DOE Office of Science melalui National Virtual Biotechnology Laboratory, sebuah konsorsium laboratorium nasional DOE yang berfokus pada tanggapan terhadap Covid-19.

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Akhirnya Menemukan Sumber Pertama Pandemi Covid-19, Benar di Wuhan?