Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Happy hypoxia sedang hangat dibicarakan. Ini adalah istilah medis itu digunakan untuk menandai kurangnya kadar oksigen dalam darah meski pasien tidak mengalami sesak nafas walau tetap memiliki gejala positif Covid-19.
"Mestinya kalau kurang oksigen dalam darah orang akan sesak, tapi ini tidak terjadi pada beberapa pasien Covid-19. Karena diketahui pada kondisi itu ada saraf yang menghambat sensor sesak ke otak," papar spesialis paru dr. Erlina Burhan Msc, SP.P (K) dalam webinar bersama BNPB, Rabu (16/9/2020).
Lebih lanjut, Erlina menjelaskan bahwa sensor yang terhambat akibat infeksi virus itu menyebabkan otak tidak bisa mengenali bahwa ada kejadian kurang oksigen dalam darah. Pada orang normal, otak akan menerima sinyal bahwa tubuhnya tengah kekurangan oksigen.
Otak biasanya akan memberikan perintah kepada tubuh untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya dengan cara bernapas cepat.
Baca Juga
Hal itu yang membuat seseorang akan terlihat sesak. Tapi pada beberapa pasien Covid-19, hal itu tidak terjadi karena adanya kerusakan pengiriman sinyal ke otak, jelas Erlina.
"Sebetulnya ini sudah lama, kira-kira ada jurnal yang menyebutkan itu terjadi pada April atau Mei. Dulu disebutnya silent hypoxia. Dulu ada kejadian seseorang yang usia 60 tahun, laki-laki yang bergejala karena Covid-19 dan lama-kelamaan batuknya makin bertambah. Tapi anehnya pasien tidak sesak," ucapnya.
"Saat diperiksa ternyata saturasi oksigen dalam darah hanya sekitar 60 persen, ini rendah sekali. Orang normal oksigen dalam darah berkisar antara 95 sampai 100 persen. Pasien ini hanya 60 sampai 70 persen tapi tidak menimbulkan gejala sesak," tambah Erlina lagi.
Ia menyampaikan, hypoxia hanya akan dialami oleh pasien Covid-19 yang bergejala terutama batuk yang menetap. Ia menjelaskan, jika terdapat batuk artinya infeksi telah sampai ke paru-paru.
"Kita tahu kalau pertukaran oksigen dengan CO2 itu di paru-paru. Oksigen ini masuk kedalam darah karena kerusakan di paru, sehingga oksigen yang masuk berkurang," ucapnya.
Jika darah yang beredar di tubuh kekurangan oksigen, maka suplai ke seluruh organ juga akan kekurangan oksigen.
Saat itu terjadi makan tubuh pasien akan semakin lemah. Dokter di RSUP Persahabatan Jakarta itu juga menyampaikan bahwa pasien hypoxia hanya membutuhkan oksigen dan harus segera dibawa ke rumah sakit.
"Ini salah satu gejala yang harus kita waspadai dan biasanya kalau sudah terjadi hypoxia dalam waktu cukup lama pasien akan mengalami kesadaran menurun. Penurunan kesadaran dan biasanya akan fatal akibatnya," tutupnya.
(Suara.com/Lilis Varwati)
Terkini
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
Berita Terkait
-
WHO Rekomendasikan Pil Antivirus Pfizer untuk Pasien Covid-19, Ini Kelebihannya!
-
Serangan Jantung Senyap Perlu Diwaspadai, Gejalanya Sangat Ringan!
-
Ketahui, 5 Penyebab Sesak Napas Selain Asma
-
Pasien Covid-19 Berisiko Derita Penyakit Ginjal 2 Kali Lipat, Ini Sebabnya!
-
Peneliti Temukan 2 Gejala Virus Corona yang Bisa Bertahan Setahun
-
4 Saran Dokter Spesialis Penyakit Dalam untuk Cegah Long COVID-19
-
Beberapa Pertimbangan Dokter saat Merawat Pasien Covid-19, Apa Saja?
-
Ahli: Obat Fibrosis Paru Pada Pasien Covid-19 Baik untuk Gagal Jantung
-
Thailand Pakai Ramuan Tradisional untuk Pasien Covid-19 Gejala Ringan
-
Bukan Hanya Liur, Air Mata Pasien Covid-19 Bisa Menularkan Virus Corona