Senin, 06 Mei 2024
Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana : Selasa, 11 Agustus 2020 | 09:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Orang dengan virus corona yang tidak bergejala (asimptomatik) disebut memiliki viral load atau beban virus yang sama dengan orang yang begejala. Hal ini dilaporkan dalam sebuah studi dari para peneliti Korea Selatan yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine.

Melansir dari CNN, para peneliti memeriksa 303 pasien Covid-19 yang diisolasi pada bulan maret di pusat perawatan masyarakat Korea Selatan. Kebanyakan peserta penelitian berusia dewasa muda dengan rata-rata umur 25 tahun. 

Sekitar 193 pasien dalam penelitian ini memiliki gejala, sementara 110 pasien lainnya tidak memiliki gejala. Di antara pasien tidak bergejala hanya 19,1 persen yang kemudian memiliki gejala selama masa isolasi sedangkan 80,9 persen lainnya tetap tidak memiliki gejala selama rata-rata 24 hari masa perawatan. 

Pada studi ini, para peneliti melakukan pengujian melalui swab hidung dan tenggorokan untuk mengamati viral load virus corona atau beban virus pada pasien. Hasilnya menunjukkan bahwa viral load virus pada pasien tanpa gejala sama dengan pasien bergejala. 

Selain itu, penurunan jumlah virus pada pasien tanpa gejala juga lebih lambat daripada orang yang bergejala.

“Meskipun viral load virus tinggi pada pasien tanpa gejala memungkinkan tingkat risiko penularan, penelitian kami tidak dirancang untuk melihat kecepatan penularan,” catata para peneliti.

Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]

Menurut penelitian sebelumnya yang diterbitkan pada Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa penularan melalui orang tanpa gejala atau pra-gejala mungkin menjadi pendorong utama penyebaran Covid-19.

"Ada orang tanpa gejala yang menyebarkan virus. Sulit untuk mengidentifikasi, isolasi, dan pelacakan kontak," kata direktur Institut Alergi Nasional dan Penyakit Menular Amerika Serikat, Anthony Fauci. 

"Itu membuat virus jauh lebih sulit untuk ditekan," tambahnya. 

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan karena minimnya jumlah peserta penelitian. Selain itu, studi ini juga tidak menunjukkan seberapa menularnya seseorang. 

BACA SELANJUTNYA

Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?