Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Semua pihak, mulai dari kementerian kesehatan hingga dokter, telah mengimbau masyarakat untuk tetap memakai masker, terutama di tempat umum.
Hal ini juga berlaku untuk semua negara jika mereka ingin menekan kasus wabah virus corona yang hingga kini masih merebak secara global.
Berlaku juga untuk Inggris, yang pada 24 Juli mendatang mengharuskan masyarakatnya memakai masker ketika pergi ke supermarket dan ruang tertutup lainnya.
Sayangnya, ada klaim bahwa mulut dan hidung yang ditutup dalam waktu lama, bahkan memakai kain yang dapat 'bernapas' seperti katun, dapat membatasi aliran udara.
Baca Juga
Bahkan, beberapa orang mengklaim di media sosial bahwa masker dapat menyebabkan keracunan karbon dioksida (CO2) .
Atas kondisi ini, seorang Dokter Anak dari Chester, Inggris, Ravi Jayaram, membantah semua klaim di media sosial. Ia juga mengingatkan masyarakat bahwa memakai masker itu lebih penting daripada mengkhawatirkan wajah berkeringat saat memakainya.
Baik masker bedah dan kain itu berpori. Artinya, udara dapat secara mudah bergerak melalui bahan masker daripada tetesan pernapasan yang mengandung kuman, untuk masuk atau keluar (dari masker).
Di akun Twitter dan Facebook-nya, Jayaram menjelaskan tingkat oksigenasi sebelum dan sesudah memakai masker selama 10 menit.
"Aku memakai masker selama 10 menit dan tidak ada perbedaan saturasi oksigen sama sekali," tulisnya di Twitter, membuktikan bahwa kadar oksigen saat memakai dan tidak memakai masker tetap sama.
Di Facebook, ia menyarankan masyarakat untuk melupakan klaim palsu yang beredar di medai sosial dan mengatakan masker dapat mengurangi risiko penularan infeksi virus corona.
Hal yang sama dilakukan oleh dokter Daniel Menzies, Konsultan Kedokteran Pernafasan di Ysbyty Glan Clwyd di Wales. Ia mengaku ingin meyakinkan masyarakat bahwa memakai masker dan penutup wajah tidak berbahaya sama sekali.
"Masker wajah tentu tidak memengaruhi kadar oksigen atau membatasi pernapasan Anda. Saran saya adalah untuk terus memakai sesuai kebutuhan," tandas Menzies, dilansir Lancs Live.
Terkini
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
Berita Terkait
-
Ramai Artis Indonesia Piknik di Amerika Serikat Tak Pakai Masker, Kok Bisa?
-
Panduan Baru CDC, ini Aturan Pakai Masker Usai Vaksin Covid-19 2 Kali!
-
Benarkah Pakai Dua Masker Sekaligus Lebih Melindungi? Berikut Kata Ahli
-
Pulse Oximeter Bisa Menunjukkan Hasil Palsu pada Orang Berkulit Gelap
-
CDC Sarankan Tetap Memakai Masker di Dalam Ruangan, Ini Alasannya!
-
Studi Membuktikan, Wanita Lebih Taat Pakai Masker daripada Pria
-
Mantan Direktur CDC: Tak Ada Akhir Kisah Dongeng untuk Pandemi
-
Demi Bukti Tidak Kekurangan Oksigen, Dokter Ini Berlari 35 Km Pakai Masker
-
Hindari Covid-19, Intip 7 Cara Agar Anak Betah Memakai Masker
-
Terlalu Lama Memakai Masker Bisa Picu Hiperkapnia, Kenali Gejalanya!