Jum'at, 29 Maret 2024
Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana : Minggu, 31 Mei 2020 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Ahli waspadai bom waktu masalah kesehatan karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memotong laju penyebaran virus corona. Hal tersebut dinyatakan oleh Dosen Keperawatan Universitas Andalas, Boby Febri Krisdianto melalui The Conversation.

Sejak pertengahan April, puluhan wilayah di Indonesia telah menetapkan PSBB, mengharuskan warga untuk tetap berada di rumah selama berminggu-minggu, membuat orang lebih sedikit bergerak.

"Tanpa melakukan gerak fisik yang cukup, sejumlah riset menunjukkan ada bahaya bom waktu yang mengancam di depan mata, penyakit kronis meningkat akibat gaya hidup menetap (sedentary life style) selama pandemi Covid 19," tulis Krisdianto di The Conversation.

"Karena itu, kita harus memperhatikan beberapa pengaturan aktivitas fisik di rumah dan lingkungan untuk mencegah datangnya penyakit kronis saat pandemi dan setelah krisis kesehatan kali ini," tambahnya.

Dilansir dari The Conversation, hasil survei Mckinsey melaporkan sebagian warga Indonesia menghabiskan masa PSBB dengan nonton televisi, menggunakan media sosial, dan membaca berita daring.

Dalam survei itu, setidaknya ada penambahan persentase pada penggunaan streaming dan video call. Sementara itu, pengantaran makanan dan kebutuhan sehari-hari secara daring juga meningkat tajam, yakni 36 persen dan 41 persen.

"Dari data tersebut kita bisa kita ketahui bahwa pandemi Covid-19 memicu meningkatnya gaya hidup ogah gerak di masyarakat Indonesia," catat Krisdianto.

Gaya hidup dengan kurang bergerak ini nyatanya bisa berisiko meningkatkan berbagai penyakit.

Krisdianto mencatat, bahwa dalam penelitian Universitas Missouri menyebutkan duduk berdiam diri selama 6 jam atau lebih dapat merusak fungsi sirkulasi aliran darah. Kebiasaan tersebut juga dapat meningkatkan gula darah, asam lemak darah, peradangan, dan stres oksidatif.

Suasana hari pertama PSBB di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. (Terkini.id)

Penelitian yang dilakukan oleh Neville Owen dari Universitas Queensland pada 2010 juga menunjukkan adanya hubungan antara jarang bergerak dengan penyakit metabolik seperti obesitas, hipertensi, diabetes tipe 2, hingga kanker kolon dan payudara.

"Pengurangan kontraksi otot secara otomatis dapat mengurangi kecepatan aliran darah yang mengalir di kapiler darah di kaki. Proses yang terjadi secara terus menerus seperti ini menyebabkan kerusakan fungsi endotel," tulis Krisdianto.

"Endotel merupakan sel-sel yang melapisi pembuluh darah dan berfungsi mempertahankan tegangan otot pembuluh darah dan pengaturan cara pembentukan darah," tambahnya.

Menurut Krisdianto, pengurangan fungsi endotel terkait dengan berbagai penyakit kronis, sepeti hipertensi, stroke, hingga penyakit jantung.

BACA SELANJUTNYA

Turunkan Risiko Infeksi Virus Corona Covid-19, Jaga Kesehatan Usus!