Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Meskipun energi Anda tidak digunakan untuk pergi ke kantor, sekolah, maupun hal lain, tetapi pandemi telah mengubah drastis gaya hidup Anda. Ini memiliki dampak lebih besar pada kesehatan mental dan tingkat energi sehingga membuat Anda mudah lelah.
Dilansir dari Huffpost, stres jangka panjang yang mungkin dirasakan sebagai akibat Covid-19 dan aliran berita yang terus-menerus tentang hal itu tidak bisa diremehkan dan bisa menyebabkan keausan pada tubuh.
"Orang-orang menghadapi tantangan yang benar-benar mengaktifkan sistem saraf simpatik, jadi ini semacam respons klasik," kata Craig N. Sawchuk, seorang psikolog di Mayo Clinic.
“Anda mendapatkan pelepasan hormon seperti adrenalin dan kortisol berlebihan dan konstan, di situlah kita mengalami masalah fisik ini," tambahnya.
Baca Juga
-
NF Diduga Alami Masokis dari Kekasihnya, Kenali Ciri Gangguan Seksual Ini!
-
Menhub Budi Karya Alami Penurunan Fungsi Otot, Efek Virus Covid-19?
-
Henky Solaiman Meninggal, Ketahui Bagaimana Kanker Usus Bermula!
-
Studi Temukan Penderita Darah Tinggi Bisa Menjadi 'Buta-Emosi'
-
Lebih Mudah, Pakar Kembangkan Obat Two-In-One untuk Penderita Diabates!
-
Studi: Vaksin BCG untuk Tuberkulosis Tidak Bisa Mencegah Infeksi Covid-19
Menurut Sawchuk, ketika otak Anda terus-menerus berusaha beradaptasi dengan ketidakpastian, ketakutan, dan tantangan, tubuh secara fisik menjadi lelah karena mengelola stres emosional.
"Dan di situlah Anda mulai melihat beberapa masalah energi mulai terjadi di mana Anda merasa lelah," kata Sawchuk.
"Kita mungkin benar-benar beristirahat lebih banyak, kadang-kadang tanpa sengaja tapi itu bukan jenis istirahat yang restoratif," tambahnya.
Sawchuk menyatakan, bahwa energi fisik, emosional, dan mental yang semuanya berasal dari wadah yang sama. Sehingga menguras berbagai sistem dalam kehidupan secara terus-menerus malah bisa melemahkan tubuh.
Bagi Sawchuk, bagian dari membangun ketahanan adalah belajar untuk menerima dan beradaptasi dengan keadaan. Dengan kata lain, tidak ada yang harus disesalkan dengan segala sesuatu yang tertunda.
"Kita harus waspada ketika kita membuat perbandingan yang tidak adil antara diri kita dengan orang-orang yang kita pikir melakukan yang terbaik," kata Sawchuk.
“Tujuan Anda bukan untuk menjadi sempurna. Tujuan Anda adalah menjadi cukup baik. Menjadi cukup baik adalah bersikap baik kepada diri kita sendiri," tambahnya.
Terkini
- Heboh Vaksin AstraZeneca Sebabkan Pembekuan Darah, BPOM Tegaskan Tidak Ada Kejadian di Indonesia
- Untuk Redakan Stres, Yuk Ikuti 5 Rekomendasi Dokter Berikut Ini
- Terpapar Asap Rokok saat Hamil Tingkatkan Risiko Stunting pada Anak
- 5 Masalah di Area Mulut Bisa Jadi Tanda Gejala Diabetes, Apa Saja?
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
Berita Terkait
-
Untuk Redakan Stres, Yuk Ikuti 5 Rekomendasi Dokter Berikut Ini
-
Ingin Punya Kesehatan Mental yang Bagus? Hiatus dari Media Sosial selama Seminggu Saja!
-
Terapi Tertawa Bisa Mengurangi Rasa Sakit dan Stres
-
Stres Bisa Pengaruhi Tingkat Kesuburan Wanita, Ini Temuan Peneliti!
-
Waspada Sindrom Kelelahan Kronis, Kondisi Serius yang Jarang Terdiagnosis
-
Demi Hal Ini, Selena Gomez Sudah Berhenti Bermain Media Sosial Sejak 4,5 Tahun Lalu
-
Kenali 5 Efek Samping Insomnia, Termasuk Dorongan Seks Menurun Lho!
-
Stres Bisa Picu Tekanan Darah Tinggi, Ternyata Ini Hubungannya!
-
Manusia Punya 6 Indera, Fungsi yang Keenam Sangat Penting
-
Sudah Setahun Sembuh, Penyintas Masih Menderita Long Covid