Senin, 29 April 2024
Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah : Senin, 13 April 2020 | 11:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Peneliti asal Myanmar kembali menemukan enam virus corona baru pada kelelawar. Virus corona ini juga tergolong dalam keluarga yang sama dengan Sars-CoV-2, SARS, serta MERS.

Dilansir Live Sceince, peneliti menemukan virus corona ini ketika menyurvei kelelawar di Myanmar sebagai bagian dari program yang didanai pemerintah.

Program ini disebut PREDICT untuk mengidentifikasi penyakit menular yang berpotensi menular dari hewan ke manusia.

Jadi, kelelawar adalah hewan pertama karena dianggap sebagai hewan yang 'menampung' ribuan virus corona yang belum ditemukan.

Seperti yang diketahui, virus corona jenis baru penyebab Covid-19 juga diduga berasal dari kelelawar.

Ilustrasi kelelawar. (Shutterstock)

Antara 2016 hingga 2018 ilmuwan mengumpulkan ratusan sampel air liur dan kotoran kelelawar dari 464 kelelawar dengan 11 spesies berbeda.

Mereka mengambil sampel di tiga lokasi berbeda di Myanmar, di mana manusia melakukan kontak dekat dengan satwa liar.

"Dua dari situs (tempat rekreasi dan budaya) ini juga menampilkan sistem gua yang populer di mana orang-orang secara rutin terpapar kelelawar melalui panen guano, praktik keagamaan, dan ekowisata," tulis peneliti dalam studi mereka yang terbit secara daring pada Kamis (9/4/2020) di jurnal PLOS ONE.

Para peneliti menganalisis urutan genetik dari sampel ini dan membandingkannya dengan genom virus corona yang diketahui.

Virus baru ditemukan pada tiga spesies kelelawar: kelelawar rumah kuning Asia Raya (Scotophilus heathii), kelelawar berekor bebas keriput (Chaerephon plicatus), dan kelelawar berhidung daun Horsfield (Hipposideros larvatus).

Kelelawar vampir (Shutterstock)

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami potensi enam virus yang baru ditemukan ini, apakah dapat berpindah ke spesies lain dan bagaimana mereka dapat berdampak pada kesehatan dunia.

"Banyak virus corona mungkin tidak menimbulkan risiko bagi manusia, tetapi ketika kami mengidentifikasi penyakit ini sejak dini pada hewan, pada sumbernya, kami memiliki peluang berharga untuk menyelidiki potensi ancaman," terang penulis studi Suzan Murray, direktur Smithsonian's Global Health Program.

Menurutnya, pengawasan, penelitian dan pendidikan yang hati-hati adalah 'alat' terbaik untuk mencegah pandemi sebelum terjadi.

BACA SELANJUTNYA

Peneliti Temukan Varian Omicron Berisiko Kecil Sebabkan Long Covid-19, Kok Bisa?