Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Konsumsi gula dan garam sehari-hari harus dibatasi dan jangan berlebihan. Hal tersebut karena bisa berdampak pada kesehatan, bahkan bisa berbahaya.
Berdasarkan sebuah penelitian, seseorang yang banyak mengonsumsi garam dapat mendorong penurunan kognitif dengan mengacaukan kadar protein Tau.
Melansir Medical News Today, tingkat protein Tau yang tinggi berkaitan dengan demensia.
Giuseppe Faraco, asisten profesor penelitian dalam ilmu saraf di Feil Family Brain and Mind Research Institute di Weill Cornell Medicine di New York, adalah penulis utama studi ini, yang muncul dalam jurnal Nature Neuroscience.
Baca Juga
-
Tren Garam Himalaya, Benarkah Lebih Sehat dari Garam Dapur Biasa?
-
Garam hingga Musik, 4 Hal Ini Bisa Hilangkan Energi Negatif dari Rumah!
-
Berkumur Air Garam Hangat untuk Redakan Sakit Gigi, Seberapa Efektif?
-
Taruh Madu dan Garam di Bawah Lidah Semalam, Hal Ini yang Akan Terjadi Esok
-
Benarkah Asupan Garam yang Tinggi Picu Perut Kembung?
Peneliti melakukan studi perilaku, serebrovaskular, dan molekuler pada tikus, yang menunjukkan rendahnya kadar oksida nitrat, diinduksi dari konsumsi garam yang tinggi, memengaruhi kadar protein Tau di otak.
Penumpukan protein Tau yang berlebihan disebut sebagai 'ciri khas' alzheimer.
Biasanya protein ini mendukung neuron dengan menstabilkan struktur mikrotubulus, yang mengangkut nutrisi ke akson dan dendrit neuron. Struktur mikrotubulus adalah bagian dari sitoskeleton, atau 'perancah', yang mendukung neuron.
"Tau menjadi tidak stabil dan keluar dari sitoskeleton hingga menyebabkan masalah," jelas Dr. Costantino Iadecola, penulis lain dalam studi ini.
Mereka menambahkan, Tau tidak boleh 'berkeliaran bebas' di dalam sel karena jika terlepas dari sitoskeleton, ia berpotensi untuk menumpuk di otak. Ini dapat menyebabkan kesulitan kognitif.
Untuk menguji lebih lanjut dinamika antara oksida nitrat, protein Tau, dan gangguan kognitif, para ilmuwan menggabungkan pola makan garam tinggi dan membatasi aliran darah dengan antibodi yang menjaga protein Tau terkendali.
Hasilnya, tikus-tikus ini menunjukkan fungsi kognitif normal, meski memiliki aliran darah yang terbatas.
"Ini menunjukkan apa yang sebenarnya menyebabkan demensia adalah Tau dan bukan kekurangan aliran darah," sambung Iadecola.
Oleh sebabnya, Iadecola memeringatkan tentang bahaya pola makan tinggi garam dengan melakukan penelitian pada hewan pengerat. Menurutnya, ini adalah pengingat yang baik tentang risiko asupan tinggi natrium pada manusia.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mereplikasi temuan tikus pada manusia.
Terkini
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
Berita Terkait
-
5 Tips Menjaga Kesehatan Anak ala Tasya Kamila, Bisa Ditiru Moms!
-
4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
-
3 Bahaya Konsumsi Daging Anjing yang Perlu Diketahui
-
Cegah Osteoporosis Jangan Cuma Minum Susu, Konsumsi Juga Makanan Ini
-
3 Bahaya Makan Ceker Ayam Terlalu Sering, Yuk Lebih Bijaksana Mengonsumsinya
-
Tak Cuma Lezat, Kacang Mete Juga Punya 5 Manfaat untuk Kesehatan
-
5 Bahaya Mengucek Mata, Bisa Bikin Infeksi Lho
-
7 Efek Begadang bagi Kesehatan, dari Obesitas hingga Menurunkan Konsentrasi
-
6 Makanan yang Baik untuk Otak, Berikut Rekomendasinya
-
Mengenal Heatstroke: Bahaya, Gejala dan Cara Pencegahan