Jum'at, 29 Maret 2024
Vika Widiastuti | Rosiana Chozanah : Kamis, 17 Oktober 2019 | 12:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Sebuah penelitian dari Universitas Yale menunjukkan, secara fisik depresi dapat mengubah otak seseorang,  yaitu dengan mempercepat efek penuaannya.

Hal ini juga membuat pengidap lebih rentan terhadap penyakit yang berkaitan dengan usia tua.

Dalam Journal of Clinical Psychology terdahulu menunjukkan, 'semakin buruk gejala fisik yang menyakitkan, semakin parah depresi'.

Berdasarkan temuan tersebut, Irina Esterlis, seorang peneliti di Yale School of Medicine, meneliti tentang bagaimana depresi berdampak pada otak.

Melansir QZ, dia mempresentasikan temuannya di American Association for the Advancement of Science conference di Washington DC, pada 14 Februari 2019.

Ilustrasi otak dan mesin (Shutterstock).

Dalam kasus ini, Esterlis memelajari otak dari 20 orang, 10 yang didiagnosis dengan depresi klinis dan 10 yang dianggap sehat setelah menyelesaikan penilaian psikiatri yang komprehensif.

Ia menemukan, otak mereka yang memiliki gejala depresi lebih parah menunjukkan kepadatan sinaptik yang lebih rendah.

Kepadatan sinaptik dinilai penting, karena pada dasarnya sinapsis adalah jembatan kecil yang diandalkan sel saraf untuk meneruskan impulsnya dari sel ke sel berikutnya.

Hilangnya sinapsis telah dikaitkan dengan gangguan neurologis, dan telah ditemukan secara umum pada orang berusia 74 hingga 90 tahun.

Meski penelitian ini kecil, namun hasilnya cukup meyakinkan untuk berpotensi memicu penelitian baru tentang apa yang terjadi pada otak ketika seseorang mengalami depresi.

 

BACA SELANJUTNYA

Dampak Perubahan Iklim: Penyebaran Penyakit Menular Meningkat di Masa Depan