Rabu, 01 Mei 2024
Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah : Senin, 23 November 2020 | 11:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat bersama Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus campak pada 2019 mencapai titik tertinggi secara global dalam 23 tahun terakhir.

Dalam penelitian yang terbit pada Kamis (14/11/2020), WHO dan CDC melaporkan hampir 870 ribu kasus campak tahun lalu, dan jumlah kematian pun mencapai sekitar 207.500, meningkat hampir 50% sejak 2016 lalu.

Dilansir Business Insider, kedua badan tersebut menyalahkan peningkatan jumlah kasus ini pada penurunan vaksinasi secara signifikan.

Padahal, anak-anak harus menerima dua dosis vaksin campak untuk menghindari infeksi menular ini.

"Data ini mengirimkan pesan yang jelas bahwa kami gagal melindungi anak-anak dari campak di setiap wilayah di dunia," tutur direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.

Campak [shutterstock]

Cakupan vaksinasi menggunakan dua vaksin campak telah berhenti antara 70% hingga 85% secara global.

Menurut WHO dan CDC, upaya global untuk menghentikan pandemi virus corona telah mempersulit kampanye vaksinasi campak, yang memungkinkan penyakit ini menyebar lebih jauh.

Karena penghentian kampanye vaksinasi campak, kedua badan tersebut memperkirakan akan ada lebih dari 94 juta orang di 26 negara berisiko tidak mendapatkan vaksin bulan ini.

Dari negara-negara dengan layanan imunisasi tertunda tahun ini, hanya ada 8 yang mulai kembali, seperti Brasil, Republik Afrika Tengah, Kongo, Ethiopia, Nepal, Nigeria, Filipina, dan Somalia.

Campak kebanyakan menyerang anak balita dan bisa berakibat fatal pada mereka yang kekurangan gizi atau sistem kekebalan terganggu.

Lebih dari 95% kematian akibat campak telah terjadi di negara berkembang.

BACA SELANJUTNYA

Ingat, Pasangan sebelum Menikah Harus Melakukan 4 Jenis Vaksin Ini!