Kamis, 28 Maret 2024
Rauhanda Riyantama | Dwi Citra Permatasari Sunoto : Jum'at, 17 Agustus 2018 | 20:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Menikah dan memiliki anak tentu menjadi idaman semua orang. Tidak hanya satu, beberapa pasangan suami istri malah ingin memiliki banyak anak. Masalahnya adalah bagaimana jika kamu memiliki tiga orang anak.

Bisakah kamu memastikan mereka mendapat kasih sayang yang cukup? Pasalnya, terkadang anak merasa dirinya kurang mendapatkan perhatian orangtua. Padahal di lain sisi orang tua menganggap dirinya sudah memberikan seluruh hidupnya untuk anak-anak mereka.

Kasus ini biasanya terjadi pada anak tengah. Dijuluki dengan sindrom anak tengah atau the middle child syndrome.

Sindrom anak tengah ini berhubungan dengan hierarki dalam keluarga. Teori tersebut berasal dari seorang psikolog bernama Alfred Adler di tahun 1928.

Teorinya menyebutkan bahwa anak pertama cenderung cerdas dan bertanggung jawab. Anak terakhir manipulatif dan manja. Sedangkan anak tengah terisolasi dan terabaikan.

Adler juga menyebutkan bahwa jarak kelahiran memberikan efek yang lebih dalam. Jadi teori tersebut dapat dipakai ketika rentang usia antara anak pertama, tengah, dan terakhir tidak beda jauh.

Menurut penelitian, kepribadian anak tengah ini cenderung fleksibel dan ramah jika dibandingkan dengan kedua saudaranya. Anak tengah juga terkesan suka memberontak.

Jika memiliki masalah, anak tengah lebih memilih bercerita kepada saudara atau teman-teman dekatnya. Berbeda dengan anak pertama dan terakhir. Mereka lebih memilih untuk bersandar pada ibu atau ayah.

Sebenarnya, kurangnya perhatian dari orangtua membuat si anak tengah menjadi pribadi yang mandiri dan berempati. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh profesor psikologi Universitas Redlands California bernama
Catherine Salmon.

Lebih lanjut penelitiannya juga menyebutkan bahwa anak tengah cenderung ingin mencoba hal-hal baru dan berpikiran lebih terbuka. Menurutnya, hal itu disebabkan karena mereka dituntut untuk mandiri sehingga membuat anak tengah mengeksplorasi dirinya dan keluar dari zona nyaman.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sindrom anak tengah ini mungkin memang memengaruhi psikologis anak. Tetapi, cenderung ke arah yang positif.

ilustrasi ibu dan anak tengah (orami)

Jadi, kamu sebagai anak tengah jangan merasa terabaikan lagi ya, karena sesungguhnya orangtua sudah melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dan kamu sebagai orangtua, pastikan anak tengahmu merasa bahwa ia juga bagian yang sangat penting dalam keluarga.

BACA SELANJUTNYA

Cek Segera, Ini Tanda Seseorang Tak Bisa Punya Anak