Kamis, 25 April 2024
Rima Sekarani Imamun Nissa | Shevinna Putti Anggraeni : Minggu, 06 Oktober 2019 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Beberapa hari lalu Dewi Irawan menceritakan kondisi Ria Irawan yang masih merokok walau menderita kanker. Hal itu membuat kanker Ria Irawan kembali lagi dan sekarang yang kali ketiga sudah menyebar hingga otak.

Dewi Irawan juga membenarkan bahwa adiknya, Ria Irawan memang masih aktif merokok sejak pertama kali didiagnosis kanker kelenjar getah bening.

Kebiasaan Ria Irawan merokok itulah yang membikin sel kankernya berkembang dan menyebar lebih cepat. Sehingga Ria Irawan sudah ketiga kalinya menjadi pengobatan kanker.

"Kali ke 3, kambuh lg , skrg ada di otak 3 titik dan 1 titik yg significant di paru2 ... Nunggu apa lg tuk berhenti rokok & vape ? Itu racun !!! Pls, jgn bandel deh," tulis Dewi Irawan di Instagram.

Seperti yang Anda ketahui, mengajak seseorang berhenti merokok merupakan sesuatu yang sulit. Apalagi jika orang tersebut sudah kecanduan dan tetap tidak berhenti meski sakit parah.

Oleh karena itu, penderita kanker yang merokok perlu mendapat perawatan khusus agar berhenti dari kebiasaan buruknya. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa hampir 46% penderita kanker berhenti merokok melalui program perawatan tembakau yang dirancang khusus.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), melansir Medical News Today, merokok menyebabkan 480.000 kematian per tahun, atau sekitar 1 dari 5 kematian dini.

Dewi Irawan peringatkan Ria Irawan berhenti merokok (Instagram/@dewiirawan13)

Dari kematian tersebut, 36% disebabkan oleh kanker, termasuk kanker paru-paru, mulut, kandung kemih, usus besar, serta pankreas; merokok berdampak pada hampir setiap organ dalam tubuh.

Begitu pula jika seseorang didiagnosis kanker tapi merasa susah dan tidak bisa berhenti merokok. Kebiasaan ini akan memperburuk kondisinya.

Studi baru-baru ini menyimpulkan bahwa program perawatan komprehensif bisa membantu orang yang didiagnosis dengan kanker berhenti merokok dengan sukses dan menjauh dari tembakau.

Para peneliti di MD Anderson Cancer Center di University of Texas di Austin menganalisis sebanyak 3.245 perokok yang mengambil bagian dalam Program Perawatan Tembakau mereka dari 2006-2015.

Ilustrasi merokok. (pixabay/Free-Photos)

Dalam penelitian itu, peserta diminta terapi pengganti nikotin, pengobatan dan dukungan emosional melalui sesi konseling. Hasil analisisnya, mereka yang memutuskan berhenti merokok setelah 3, 6 dan 9 bulan bergabung mencapai 45,1 persen, 45,8 persen dan 43,7 persen.

Artinya, program khusus ini sangat penting bagi penderita kanker yang masih merokok agar bisa berhenti. Karena, berhenti merokok dapat membantu tubuh lebih cepat pulih setelah perawatan, termasuk operasi dan kemoterapi.

Selain itu, berhenti merokok juga sangat mengurangi efek samping dari pengobatan kanker. Bahkan, cara ini juga akan menurunkan risiko seseorang terserang kanker kedua kalinya.

BACA SELANJUTNYA

Hati-hati, Peralatan Dapur Tertentu Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Hati!