Kamis, 28 Maret 2024
Vika Widiastuti | Rosiana Chozanah : Jum'at, 16 Agustus 2019 | 16:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Tidak sedikit perempuan yang akan mengalami pembengkakan di area miss V setelah berhubungan intim. Umumnya, hal ini tidak perlu dikhawatirkan.

Berikut beberapa alasan Miss V membengkak setelah berhubungan intim yang dilansir dari Womens Health Magazine.

1. Berhubungan intim secara kasar

Setiap kali bergairah, vulva dan vagina Anda mulai membengkak karena semua aliran darah mengalir ke sana, menurut Cleveland Clinic.

Tetapi jika Anda melihat gejala lain, seperti luka tipis di sekitar lubang Miss V, itu mungkin berarti pembengkakan yang disebabkan oleh sesi berhubungan intim yang lebih kasar dari biasanya.

Jika ini masalahnya, Anda mungkin juga mengalami sedikit pendarahan dan mendapati bahwa daerah itu sedikit hitam dan biru, jelas Alyssa Dweck , MD, ob-gyn di Westchester, New York.

Untuk meringankannya, berendam di air hangat selama 15 hingga 20 menit dapat membantu.

2. Reaksi alergi

Sangat mungkin Miss V mengalami reaksi alergi atau memiliki kepekaan terhadap suatu produk, seperti kondom lateks, atau bahkan sperma, kata Dr. Dweck.

Alergi sperma atau hipersensitivitas plasma seminalis adalah reaksi alergi langka terhadap protein yang ditemukan dalam semen. Ini menyebabkan kemerahan, pembengkakan, nyeri, gatal, dan terbakar di area genital, menurut International Society for Sexual Medicine.

Untuk mengetahui alasannya, Dr. Dweck merekomendasikan untuk tidak menggunakan benda-benda yang biasa Anda gunakan selama berhubungan intim dan perhatikan bagaimana tubuh Anda merespons.

Ilustrasi masalah Miss V - (Shutterstock)

3. Bakteri vaginosis

Kondisi ini terjadi ketika ada terlalu banyak bakteri tertentu dalam Miss V, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Sementara gejalanya mirip dengan infeksi jamur, seperti nyeri, gatal, terbakar, peradangan dan pembengkakan, bakteri vaginosis (BV) biasanya menyebabkan keluarnya cairan yang berwarna abu-abu, tipis, dan berbau amis, kata Dr. Dweck.

Tetapi BV juga terkadang tidak menimbulkan gejala apapun.

BV secara teknis dapat hilang tanpa perawatan apa pun, sesuai CDC.

Jika Anda mengalami salah satu dari gejala di atas, periksalah ke dokter, yang dapat meresepkan antibiotik untuk mengatasi masalah tersebut.

4. Kekeringan atau atrofi vagina

Biasanya ini disebabkan oleh foreplay yang tidak cukup.

Penyebab lainnya adalah kadar estrogen yang rendah karena menopause, perimenopause, laktasi, atau kontrol kelahiran juga dapat menyebabkan hal ini, kata Dr. Dweck.

Untuk mengatasinya, gunakan pelumas. Ini cukup untuk meningkatkan kelembapan dan mengurangi gesekan yang menyebabkan pembengkakan.

5. Selulitis

Selulitis adalah infeksi bakteri pada kulit dan jaringan di bawahnya yang dapat menyebabkan kulit menjadi bengkak, merah, dan lunak, menurut US National Library of Medicine (NLM).

Selulitis dapat terjadi ketika bakteri normal yang hidup di kulit masuk melalui luka di kulit Anda sehingga menyebabkan infeksi kulit.

Tanda-tanda lain dari selulitis termasuk demam, mual, muntah, dan penampilan kulit yang hangat untuk disentuh, kencang, mengkilap, atau melar.

Atasilah dengan antibiotik dan gunakan kompres hangat di area tersebut, Dr. Dweck menjelaskan.

BACA SELANJUTNYA

Tidak Semua Mainan Seks Dapat Dimasukkan ke Organ Intim, Dampaknya Bisa Fatal!