Sabtu, 20 April 2024
Vika Widiastuti | Shevinna Putti Anggraeni : Minggu, 04 Agustus 2019 | 14:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Gempa bumi sebesar 7,4 SR terjadi di Banten kemarin Jumat (2/8/2019) sekitar pukul 19.03 WIB. Semua orang pun mulai meningkatkan kewaspadaan jika terjadi gempa bumi susulan, terlebih ibu hamil.

Dalam kondisi ini, ibu hamil pastinya menjadi salah satu orang yang harus diselamatkan ketika terjadinya gempa bumi.

Tetapi, apakah Anda tahu sejauh mana pengaruh guncangan gempa bumi pada ibu hamil dan bayi dalam kandungannya?

Sebuah studi tentang gempa bumi tahun 2005 di Chili pernah meneliti pengaruh guncangan gempa bumi pada ibu hamil.

Hasilnya, ibu hamil yang mengalami gempa bumi di trimester pertama lebih berisiko melahirkan bayi prematur.

Sementara penurunan berat lahir dan waktu kehamilan relatif kecil, hasilnya cukup signifikan menunjukkan bahwa gempa bumi yang dialami lebih dari 6 bulan sebelum melahirkan bisa berdampak buruk pada kehamilan.

"Secara statistik hasilnya signifikan, jauh di batas kesalahan dan itu bukan suatu kebetulan," kata Florencia Torche, sosiolog NYU dikutip dari Wired.

Gempa Banten

Studi baru Torche juga pernah meneliti dampak guncangan gempa bumi pada ibu dan janin dalam kandungannya. Dalam hal ini, stres maternal telah dikaitkan menjadi penyebabkan kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir lebih rendah.

Namun, studi tahun 2011 tentang gempa Northridge 1994 menunjukkan bahwa aktivitas seismik utama memberikan dampak yang cukup signifikan pada ibu hamil yang merasakannya.

Tetapi, bukan pada ibu hamil yang mendekati persalinan. Melainkan ibu hamil yang baru saja hamil atau trimester awal.

Ibu hamil trimester pertama atau 3 bulan pertama kehamilan berisiko melahirkan bayi seminggu lebih cepat dari tanggal yang diperkirakan.

Peneliti menduga guncangan gempa yang dirasakan oleh ibu hamil seperti mengaktifkan "jam plasenta" yang membuatnya melahirkan lebih cepat.

"Mungkin ada ledakan hormon pelepas kortikotropin, respons stres yang berfungsi sebagai sinyal bagi tubuh wanita hamil bahwa harus melahirkan bayinya lebih cepat," katanya.

Meski begitu, berat badan bayi lahir yang lebih rendah bisa juga pengaruh faktor lainnya. Sehingga peneliti memerlukan riset lebih lanjut agar mengetahui secara pasti penyebab bayi lahir dengan berat badan rendah.

BACA SELANJUTNYA

Kolin Sangat Penting Selama Kehamilan: Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak