Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Respons publik terhadap VA dan AS, artis yang ditangkap atas keterlibatan dalam prostitusi online, mendapat tanggapan dari psikolog klinis sekaligus selebgram Inez Kristanti. Inez menyoroti fenomena ini sebagai cerminan bahwa masyarakat belum melek kesetaraan gender.
"Saya justru lebih tertarik untuk menyoroti, kenapa perempuan justru dipojokkan di kasus ini dan bagaimana kasus ini tidak ditangani dengan perspektif yang tepat terkait perempuan," ungkap Inez pada Himedik.com melalui WhatsApp, Selasa (8/1/2019).
Inez menilai, publik tidak adil dalam memberikan reaksi terhadap kasus ini. Berdasarkan penuturannya, laki-laki yang menggunakan jasa prostitusi terkesan dilindungi, sementara pihak perempuan, terutama VA, malah dihujani hujatan.
"Pelaku tidak diekspos dan tidak disoroti. Setahu saya pun ada pemberitaan media di mana nama artisnya ditulis lengkap, tetapi nama laki-laki yang menggunakan jasa tersebut diinisialkan," jelas Inez.
Baca Juga
-
Divonis Hidupnya Tak Lama karena Kanker, Bocah Ini Berjuang Demi Sang Adik
-
Tak Disukai Wanita, 5 Kesalahan Saat Seks Ini Sering Dilakukan Pria
-
Rambut Beruban Sering Menjengkelkan? Begini Proses Terjadinya
-
Ingin Bikin Tubuh Berotot? Pria Wajib Konsumsi 7 Makanan Ini
-
Mengenal Endometriosis, Penyakit yang Ditandai Nyeri Parah Selama Haid
"Ketika berita mulai beredar tentang kasus ini, media langsung blow up tentang perempuannya, termasuk di akun-akun gosip social media," imbuhnya.
Dari sini, Inez mengatakan, terbukti bahwa masyarakat berlaku tak adil pada perempuan hingga menjatuhkan beban moral pada sang artis.
"Netizen juga langsung memberikan komentar-komentar negatif sebelum ada informasi yang lebih jelas tentang kasus ini. Di sini bisa dilihat bahwa dalam kasus-kasus prostitusi, beban moral lebih dibebankan kepada perempuan, dan ini merupakan sebuah ketidakadilan," terang Inez.
Wanita yang kerap berbagi pengetahuan tentang seksualitas di Instagram ini menjelaskan, budaya objektifikasi perempuan, atau memandang perempuan sebagai objek pemuas seksual, adalah akar dari berbagai bully-an yang diterima VA.
Ia lantas menganjurkan agar masyarakat diberi edukasi seputar kesetaraan gender agar tidak melulu menyalahkan perempuan dalam kasus prostitusi.
"Di luar Indonesia pun ada, dan aktivis-aktivis perempuan sedang memperjuangkan ini juga. Yang penting masyarakat diedukasi seputar ini juga karena masyarakat masih belum melek kesetaraan gender, melumrahkan bercandaan-bercandaan seksis di kehidupan sehari-sehari," tutupnya.
Terkini
- 5 Fakta Menarik Olahraga Pole Dance yang Dilakukan Azizah Salsha
- Kate Middleton Umumkan Dirinya Menderita Kanker, Tepis Semua Konspirasi Liar yang Beredar
- Ovarium Kiri Kiky Saputri Diangkat karena Kista, Masih Adakah Peluang Hamil di Kondisi Ini?
- Takut ASI Berkurang Drastis saat Puasa? Begini Kata Dokter
- Wulan Guritno Berhenti Konsumsi Gula, Manfaatnya Tak Cuma Bikin Kulit Lebih Kenyal Lho
- Seperti Dialami BCL, Ini 5 Penyebab Perut Buncit pada Wanita
- Mengenal Sindrom Stevens-Johnson yang Dialami Kartika Putri, Wajahnya Dipenuhi Luka Melepuh
- Agar Ibu dan Bayi Tetap Sehat, Ketahui 5 Cara Mengatasi Baby Blues
- 3 Manfaat Pilates, Olahraga yang Rutin Dilakukan Bunga Citra Lestari
- Celine Dion Alami Stiff Person Syndrome, Apa Itu?