Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Penyakit autoimun merupakan kondisi saat sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-sel sehat dalam tubuhnya sendiri. Penyakit autoimun ditandai dengan peradangan sistemik, di mana sistem kekebalan yang tidak teratur menyebabkan kerusakan atau disfungsi organ target.
Penyakit autoimun reumatik termasuk kondisi seperti lupus eritematosus sistemik (LES), rheumatoid arthritis (RA) dan sklerosis sistemik (scleroderma), di mana jaringan ikat (tulang rawan, sinovium sendi, kulit) paling sering menjadi sasaran.
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) sendiri merupakan salah satu kondisi gangguan autoimun kompleks yang menyerang berbagai sistem tubuh. Faktor yang berperan dalam patogenesis penyakit ini diketahui seperti gen dan lingkungan.
Manifestasi klinis dari penyakit LES sangat beragam seperti pada kulit, sendi, ginjal dan sistem organ lainnya yang tidak selalu muncul bersamaan, sehingga sering kali dikenal sebagai penyakit dengan seribu wajah.
Baca Juga
Di tengah pandemi COVID-19 yang saat ini sedang berlangsung, tantangan yang dihadapi oleh pasien LES begitu tinggi. Di mana, meningkatnya risiko penularan virus COVID-19 pada pasien autoimun membuat pasien lupus harus mengambil tindakan pencegahan ekstra.
Pasien LES yang dirawat di rumah sakit karena sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) disebabkan oleh COVID-19 memiliki risiko mortalitas lebih tinggi dan kondisi yang buruk secara signifikan, dibandingkan dengan individu yang sehat tanpa penyakit bawaan lainnya.
Dalam media briefing virtual yang diadakan oleh Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA) bekerja sama dengan Novartis Indonesia, disebutkan bahwa pandemi kemungkinan akan dapat menyebabkan munculnya penyakit autoimun, termasuk penyakit autoimmune inflammatory rheumatic, seperti lupus, artritis reumatoid.
"Gejala penyakit autoimmune inflammatory rheumatic disease (AIIRD) dapat muncul sewaktu-waktu, tetapi pasien mengalami kesulitan mengakses layanan kesehatan karena kurangnya tenaga spesialis yang menangani pasien-pasien dengan AIIRD, bagi pasien yang sedang dalam perawatan, membutuhkan lebih banyak biaya pengobatan hingga pasien menghadapi kendala keuangan," ujar Prof. Dr. dr. Harry Isbagio, SpPD-KR, KGer, Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Reumatologi, Selasa (14/12/2021).
Untuk vaksinasi Covid-19 pada pasien lupus sendiri, Prof. Harry menegaskan bahwa tingkat keamanannya sama saja dengan populasi umum. Sehingga, penting bagi pasien lupus dan penyakit autoimun lainnya mendapat suntikan vaksin Covid-19.
"Imunogenesitas (respon tubuh terhadap vaksin) pada jenis vaksin SARS-COV2 yang inaktif, mRNA, dan viral vector lebih rendah pada pasien AIIRD dibanding pada populasi umum. Sedangkan untuk tingkat keamanan vaksin tersebut sama saja," jelasnya.
"Perbedaan imunogenesitas ini dapat dikarenakan karena penggunaan obat imunosupressif pada pasien AIIRD. Mengingat, pasien AIIRD memiliki risiko yang lebih tinggi terkena infeksi COVID-19 dan lebih berat hal ini membuat vaksinasi COVID-19 menjadi bagian penting dari perawatan, dan vaksinasi dapat diberikan atas persetujuan dari dokter yang merawat," tutup Prof. Harry.
Seiring dengan dampak global dari pandemi COVID-19 yang masih terus berlanjut, Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA) terus berkomitmen dalam membantu pasien lupus dengan memberikan informasi terkini tentang perkembangan baru virus COVID-19 dan dampaknya bagi komunitas lupus.
IRA juga memberikan pedoman apabila seseorang mengalami gejala lupus, serta edukasi tentang penanganan untuk mencegah kondisi akut (flare) dan mengatasi gejala yang muncul.
Novartis Indonesia sebagai mitra dalam upaya peningkatan kesadaran terhadap penyakit lupus ini, menegaskan komitmennya dalam turut meningkatkan kualitas hidup pasien LES atau autoimun di Indonesia.
"Sejalan dengan tujuan kami reimagine medicine, Novartis secara berkelanjutan bermitra dengan IRA mengadakan program-program edukasi, baik kepada pasien, awam, maupun tenaga kesehatan – berupa seminar, webinar atau pembuatan materi edukasi; selain terus membuka akses yang lebih lebih luas bagi lebih banyak pasien untuk mendapatkan pengobatan inovatif melalui program JKN,” jelas Hanum Yahya, Country Head of Public Affairs, Communications & Patient Engagement PT Novartis Indonesia.
Terkini
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
- Simvastatin Jadi Obat Andalan Penderita Kolesterol saat Lebaran, Ketahui Aturan Minumnya
Berita Terkait
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Kasus Pertama, Pria Ini Terinfeksi Covid-19, Cacar Monyet dan HIV Bersamaan!
-
Ashton Kutcher Idap Penyakit Autoimun Vaskulitis, Kenali Gejalanya Pada Tiap Bagian Tubuh!
-
Idap Penyakit Autoimun Langka, Ashton Kutcher Sempat Buta, Tuli Hingga Lumpuh!
-
Curhatan Pasien Cacar Monyet tentang Gejala yang Dialami: Sangat Menyakitkan
-
Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!
-
Ilmuwan Bikin Perman Karet yang Bisa Memerangkap Virus Corona di Mulut
-
Ilmuwan Akhirnya Menemukan Sumber Pertama Pandemi Covid-19, Benar di Wuhan?
-
Baik Divaksin atau Tidak, Covid-19 Bisa Menginfeksi Ulang Secara Cepat