Selasa, 30 April 2024
Rosiana Chozanah : Jum'at, 12 November 2021 | 09:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Peneliti dari London's Global University (UCL) menyarankan agar vaksin Covid-19 generasi berikutnya harus memiliki tujuan untuk menginduksi respons imun terhadap protein yang digunakan virus untuk bereplikasi.

Menurut peneliti, dilansir Medical Xpress, protein tersebut sangat penting pada tahap paling awal dari siklus virus corona.

Apabila vaksin Covid-19 selanjutnya bisa mengaktifkan sel memori kekebalan, atau sel T, untuk menyerang sel yang terinfeksi, kemungkinan SARS-CoV-2 akan hilang sejak awal infeksi. Sehingga membantu menghentikan penyebarannya.

Pendekatan ini dapat melengkapi vaksin Covid-19 yang saat ini hanya mememiliki lisensi penggunaan di Inggris. Sebuah vaksin yang hanya memicu respons imun terhadap protein lonjakan virus corona.

ilustrasi vaksinasi COVID-19. [Envato Elements]

Peneliti mengatakan penemuan yang terbit di Nature ini dapat mengarah pada pembuatan vaksin pan-coronavirus.

Di mana vaksin tidak hanya melindungi orang-orang dari SARS-CoV-2 dan variannya, tetapi juga terhadap virus corona penyebab flu biasa serta virus corona dari hewan.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa orang yang secara alami sembuh dari infeksi SARS-CoV-2 menghasilkan sel T yang menargetkan sel terinfeksi," kata penulis senior Profesor Mala Maini.

Protein yang membantu virus bereplikasi diperlukan virus dalam tahap awal siklus hidupnya dan secara umum terdapat pada semua virus corona, sehingga tidak mungkin berubah atau bermutasi.

Berangkat dari temuan ini, dapat dikembangkan vaksin Covid-19 yang bisa menginduksi sel T, untuk menargetkan protein replikasi, dan antibodi, untuk menargetkan protein lonjakan.

"Vaksin aksi ganda ini akan memberikan lebih banyak fleksibilitas terhadap mutasi, dan karena sel T dapat bertahan sangat lama, vaksin juga dapat memberikan kekebalan yang bertahan lebih lama," tandas peneliti.

BACA SELANJUTNYA

Peneliti Temukan Varian Omicron Berisiko Kecil Sebabkan Long Covid-19, Kok Bisa?