Minggu, 28 April 2024
Rosiana Chozanah : Kamis, 30 September 2021 | 19:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Pola makan tinggi lemak meningkatkan risiko kanker kolorektal, kanker yang tumbuh di usus besar atau di bagian paling bawah usus besar yang terhubung ke anus. Di sisi lain, kadar lemak tinggi di dalam tubuh dapat menganggu terdeteksinya tumor kanker oleh sistem kekebalan di antara sel-sel usus.

Hal itu ditemukan oleh Cold Spring Harbor Laboratory Fellow, Semir Beyaz, serta rekannya dari Harvard Medical School dan Massachusetts Institute of Technology yang melakukan penelitian pada tikus.

Peneliti menjelaskan bahwa sel kekebalan MHC II bertugas mencari tanda yang membedakan antara sel normal dan abnormal, kemudian menghancurkannya.

Tetapi, peneliti menemukan lemak dari makanan menekan sel kekebalan tersebut ke dalam sel usus. Sel dengan kadar molekul MCH II kurang, tidak dikenali sebagai abnormal, sehingga tumbuh menjadi tumor.

Selain itu, pola makan tinggi lemak juga mengubah mikrobioma usus tikus. Padahal, ada beberapa bakteri yang meningkatkan produksi MCH II, salah satunya Helicobacter.

Ilustrasi sel kanker. [Shutterstock]

Kemudian, peneliti berekperimen dengan mencampur tikus tanpa bakteri Helicobacter dengan tikus yang memilikinya. Mereka menemukan, tikus yang sebelumnya tidak punya menjadi terinfeksi dan kadar MHC II meningkat.

Karena temuan ini, peneliti menyarankan cara baru untuk meningkatkan perawatan imunoterapi. Meningkatkan produksi molekul MHC II dengan mengubah pola makan demi meningkatkan mikrobioma usus.

"Interaksi antara pola makan, mikroba, dan pengenalan kekebalan memiliki potensi untuk membantu kami menjelaskan bagaimana faktor gaya hidup berperan dalam munculnya dan berkembangnya tumor, atau respon terhadap terapi," kata penulis utama studi Semir Beyaz.

Sel kanker menggunakan banyak trik agar tidak dikenali sebagai abnormal oleh sistem kekebalan tubuh, tetapi Beyaz berharap dia menemukan beberapa cara untuk mengecohnya.

BACA SELANJUTNYA

Benarkah Kekebalan dari Suntikan Booster Vaksin Covid-19 Bertahan Lama?