Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Anak-anak dengan trauma masa kecil seperti menderita pelecehan, penelantaran atau kekerasan di rumah cenderung memiliki masalah neurologis seperti stroke atau sakit kepala saat dewasa. Hal ini dinyatakan dalam penelitian yang dilaporkan dari peneliti Amerika Serikat (AS).
"Peristiwa traumatis di masa kanak-kanak telah dikaitkan dalam penelitian sebelumnya dengan risiko penyakit jantung, diabetes, perilaku kesehatan yang lebih berisiko seperti merokok dan penggunaan narkoba, dan penurunan harapan hidup," kata peneliti Dr. Adys Mendizabal, dari University of California, Los Angeles seperti yang dikutip dari Medicinenet.
"Studi kami menemukan bahwa orang dengan kondisi neurologis seperti stroke, sakit kepala, dan epilepsi lebih mungkin mengalami pelecehan, pengabaian, atau kekerasan rumah tangga saat masa kanak-kanak," tambah Mendizabal.
Studi ini tidak dapat membuktikan bahwa pengalaman ini menyebabkan kondisi neurologis, hanya saja keduanya tampak terkait. Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Neurology.
Baca Juga
-
Binomo Peduli, Inisiatif Binomo sebagai Bentuk CSR untuk Warga Indonesia
-
Penelitian: Covid-19 Kemungkinan Bisa Memicu Masalah Gizi dan Berat Badan
-
Bukan 10.000 Langkah Kaki, Studi Ini Rekomendasikan Jumlah Lebih Sedikit
-
Luangkan Menghabiskan Waktu Bersama Keluarga, Berikut Manfaatnya
-
Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Cobalah 7 Cara Berikut
-
Suka Begadang Cenderung Bikin Ingin Ngemil Tak Sehat Seharian
Untuk penelitian ini, para peneliti mensurvei hampir 200 pasien di klinik neurologi. Masing-masing menyelesaikan kuesioner tentang pengalaman masa kecil yang buruk dan diskrining untuk kecemasan dan depresi.
Para peneliti menemukan bahwa 24 persen pasien memiliki skor tinggi di rumah selama anak-aak, dibandingkan dengan 13 persen dari populasi umum.
Temuan ini menunjukkan bahwa orang dengan pengalaman masa kanak-kanak yang buruk mungkin memiliki lebih banyak gejala neurologis, cacat atau kebutuhan medis yang lebih besar.
Pasien-pasien ini juga enam kali lebih mungkin memiliki kondisi medis lain dan lima kali lebih mungkin juga memiliki kondisi kejiwaan. Skor depresi dan kecemasan juga meningkat pada banyak pasien.
"Pengenalan dini atas pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan ini pada orang dengan kondisi neurologis mungkin merupakan cara untuk meningkatkan kesehatan mereka," kata Mendizabal.
Terkini
- 5 Masalah di Area Mulut Bisa Jadi Tanda Gejala Diabetes, Apa Saja?
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
Berita Terkait
-
Gegara Tidak Teliti, Dokter Justru Mengangkat Mata yang Tidak Rusak saat Operasi
-
Studi Baru: Trauma Masa Kecil Meningkatkan Risiko Multiple Sclerosis
-
Pengasuh Gala Sering Diam Melamun, Ini Gejala Trauma Kecelakaan!
-
Merasa Menderita, Pangeran Harry Bertekad Memutus Siklus Trauma
-
Trauma dan Rasa Sakit Emosional Dapat Memicu Seseorang Melukai Diri Sendiri
-
Studi: Kebanyakan Terpapar Media Sosial Picu Trauma Sekunder selama Pandemi
-
Studi: Aktif Bicara Dua Bahasa Bisa Tunda Penurunan Kognitif
-
Studi: PTSD Tingkatkan Risiko Demensia hingga 2 Kali Lipat
-
Perempuan yang Pernah Alami Trauma Masa Kecil Berisiko Pubertas Dini!
-
Studi: Anak yang Memiliki Trauma Masa Kecil Bisa Alami Penuaan Dini