Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Menerapkan pola makan berkualitas tinggi memiliki kemungkinan 10 persen risiko lebih kecil untuk mengembangkan Covid-19. Hal ini dinyatakan dalam penelitian yang terbit pada jurnal Gut.
Melansir dari Mdlinx, penelitian dari para peneliti dari King's dan Harvard Medical School, memeriksa data dari hampir 600.000 kontributor aplikasi ZOE COVID Study. Setidaknya 19 persen dari mereka sempat terlutar Covid-19.
Selain berisiko kecil alami Covid-19 orang dengan pola makan berkualitas juga 40 persen lebih kecil kemungkinannya untuk jatuh sakit parah.
Ini adalah studi longitudinal pertama tentang pola makan dan Covid-19 yang menunjukkan pengaruh makan pada infeksi Covid-19.
Baca Juga
-
Waspada Kebisingan dari Lalu Lintas Tingkatkan Risiko Demensia
-
Bisa Turunkan Berat Badan, Yuk Kenali Diet Paleo Ala Manusia Zaman Batu
-
Bagi Ibu Menyusui, Konsumsi Dua Buah Jeruk Sehari Bisa Bermanfaat
-
Gairah Seks Wanita dan Pria Berbeda, Ini 5 Faktor Pemicunya!
-
Ilmuwan Temukan Penyebab Virus Corona Varian Delta Lebih Menular
-
WHO Prediksi Virus Corona Covid-19 akan Bertahan Mirip Flu!
Pola makan dengan kualitas skor tinggi ditemukan mengandung makanan nabati seperti buah-buahan, sayuran dan biji-bijian, serta ikan berminyak, lebih sedikit makanan olahan dan karbohidrat olahan.
Skor kualitas diet rendah dikaitkan dengan diet tinggi makanan olahan ultra dan makanan nabati dalam jumlah rendah.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang makan makanan berkualitas tinggi sekitar 10 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan Covid-19 dibandingkan mereka yang pola makannya kurang bergizi.
Mereka juga 40 persen lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi sakit parah jika mereka mengembangkan Covid-19.
Hubungan antara kualitas pola makan dan risiko Covid-19 masih tetap ada setelah memperhitungkan semua faktor pembaur potensial.
Faktor termasuk usia, indeks massa tubuh (BMI), etnis, merokok, aktivitas fisik dan kondisi kesehatan yang mendasarinya. Kebiasaan memakai topeng dan kepadatan penduduk juga dipertimbangkan.
Terkini
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
- Simvastatin Jadi Obat Andalan Penderita Kolesterol saat Lebaran, Ketahui Aturan Minumnya
Berita Terkait
-
5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Kasus Pertama, Pria Ini Terinfeksi Covid-19, Cacar Monyet dan HIV Bersamaan!
-
Melly Goeslaw Bahagia Setelah Operasi Bariatrik, Bisakah Berat Badannya Naik Lagi?
-
Makanan dan Minuman Ini Sangat Bagus untuk Penderita Demam Berdarah, Apa Saja?
-
Curhatan Pasien Cacar Monyet tentang Gejala yang Dialami: Sangat Menyakitkan
-
Tips Diet Ini Justru Efektif dan Bikin Cepat Menurunkan Berat Badan, Apa Saja?
-
Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!
-
Ilmuwan Bikin Perman Karet yang Bisa Memerangkap Virus Corona di Mulut