Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Semua orang pasti memiliki bulu hidung. Bulu hidung ini berfungsi menyaring udara yang dihirup untuk melindungi kita dari infeksi oleh virus di udara, bakteri dan patogen lainnya.
Secara medis, bulu hidung dikenal sebagai vibrissae yang menawarkan perlindungan terhadap kuman menular dan sudah dipercaya selama lebih dari satu abad.
Pada tahun 1896, sepasang dokter di Inggris menulis dalam jurnal medis The Lancet bahwa bagian dalam dari sebagian besar rongga hidung normal adalah aseptik sempurna (steril).
Di sisi lain, vestibulum nares (lubang hidung), vibrissae yang melapisinya, dan semua krusta yang terbentuk di sana dipenuhi bakteri. Kedua fakta ini tampaknya menunjukkan bahwa vibrissae bertindak sebagai penyaring dan sejumlah besar mikroba tersaring oleh bulu hidung,
Baca Juga
-
Ibu Hamil Boleh Vaksin Covid-19, Ketahui Syaratnya!
-
Anda Termasuk Orang yang Mudah Cemas? Psikolog Ungkap Alasannya
-
Kekurangan 6 Nutrisi Ini Bisa Bikin Selalu Kelelahan, Apa Saja?
-
Bukan dengan Sabun, Begini Cara Mencuci Buah dan Sayuran yang Disarankan
-
Virus Corona Varian Delta Lebih Menular dari Cacar Air, ini Saran CDC!
-
Waspadai Gejala Virus Corona Covid-19 di Sekitar Wajah, ini 2 Jenisnya!
Kesimpulan para dokter Inggris ini mungkin terdengar logis. Tapi, tidak ada yang benar-benar mempelajari bahwa bulu hidung bisa memudahkan kuman menembus lebih dalam ke saluran pernapasan.
Pada tahun 2011, para ahli baru mempelajari hubungan kepadatan bulu hidung dengan penyakit. Dalam sebuah penelitian terhadap 233 pasien yang diterbitkan di Arsip Internasional Alergi dan Imunologi, tim peneliti dari Turki menemukan bahwa orang dengan bulu hidung yang lebih lebat cenderung tidak menderita asma.
Para peneliti menghubungkan temuan ini dengan fungsi penyaringan bulu hidung. Pengamatan mereka menarik, tetapi itu adalah penelitian observasional yang tidak dapat membuktikan sebab dan Akibat. Selain itu, asma bukanlah infeksi.
Para peneliti juga tidak melakukan studi lanjutan untuk menyelidiki risiko lebih lanjut menghilangkan bulu hidung terhadap asma atau infeksi penyakit lainnya.
Para dokter di Mayo Clinic pun membutuhkan waktu hingga tahun 2015 untuk melihat efek menghilangkan bulu hidung pada kesehatan. Para peneliti mengukur aliran udara hidung pada 30 pasien sebelum dan sesudah memangkas habis bulu hidungnya.
Hasilnya dilansir dari Indian Express, menghilangkan bulu hidung menyebabkan peningkatan ukuran subjektif dan objektif aliran udara hidung. Peningkatan terbesar terjadi pada mereka yang memiliki bulu hidung paling banyak.
Tetapi, apakah aliran udara hidung yang lebih baik berkorelasi dengan risiko infeksi penyakit yang lebih tinggi?
Sejauh ini, belum ada Penelitian mengenai hal tersebut secara langsung. Namun, Dr David Stoddard, penulis utama studi Mayo, menemukan partikel besar dari kotoran, bakteri atau virus yang tak sengaja terhirup akan terperangkap di bulu hidung.
Tapi, itu hanya partikel besar yang terjebak di bulu hidung. Sedangkan, partikel virus, bakteri atau kotoran yang lebih kecil bisa melewati bulu hidung dengan cara apapun.
Berdasarkan penelitian terbatas pada bulu hidung, tidak ada bukti bahwa memangkas atau mencukur bulu hidung meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan.
Terkini
- 5 Masalah di Area Mulut Bisa Jadi Tanda Gejala Diabetes, Apa Saja?
- Dialami Dhanar Jabro sebelum Meninggal, Ketahui Apa Saja Gejala Asam Lambung
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
Berita Terkait
-
Mengenal Virus Marburg: Gejala, Penyebab hingga Cara Penularan
-
Mengenal 4 Jalur Penularan HIV, Penyakit yang Menginfeksi 400 Lebih Mahasiswa Bandung
-
Menginfeksi 400 Lebih Mahasiswa Bandung, Ini Mitos yang Masih Dipercaya Tentang HIV
-
Penelitian Temuan Virus Cacar Monyet Bisa Bertahan Hidup di Permukaan
-
Terinfeksi Cacar Monyet, Hidung Pria Ini Alami Ruam Hingga Membusuk!
-
Makanan dan Minuman Ini Sangat Bagus untuk Penderita Demam Berdarah, Apa Saja?
-
Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!
-
Ilmuwan Bikin Perman Karet yang Bisa Memerangkap Virus Corona di Mulut
-
Ilmuwan Akhirnya Menemukan Sumber Pertama Pandemi Covid-19, Benar di Wuhan?
-
CDC AS Memperingatkan Kasus Parechovirus yang Menyerang Bayi Baru Lahir Meningkat