Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Himedik.com - Sebuah laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir 40 persen orang dengan Covid-19 terus mengalami gejala selama 12 minggu atau lebih. Hal ini dinyatakan dalam penelitian yang dari Imperial College London.
Melansir dari Independent, para peneliti mengatakan prevalensi gejala jangka panjang lebih tinggi pada perempuan daripada pria. Risiko ini juga akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Sebagai bagian dari studi Imperial's React-2, penelitian ini merekrut 508.707 orang di Inggris yang ditanya apakah mereka memiliki Covid-19. Relawan juga menjawab pertanyaan tentang durasi 29 gejala berbeda yang terkait dengan pengalaman mereka terhadap Covid-19.
Hasilnya ditemukan bahwa 76.155 orang memiliki gejala Covid-19 antara awal pandemi hingga Februari 2021. Dari jumlah tersebut, 28.713 atau 37,7 persen mengalami setidaknya satu gejala selama 12 minggu atau lebih. Sekitar 11.241 peserta penelitian atau 14,8 persen memiliki setidaknya tiga gejala selama periode yang sama.
Baca Juga
-
Bukti Varian Delta Berbahaya, Sudah Divaksin Masih Bisa Kena
-
Bahaya Bagi Pasien Diabetes, Sayuran ini Bisa Tingkatkan Gula Darah!
-
Bantu Tangani Pasien Covid-19 Parah, FDA Izinkan Penggunaan Obat Roche!
-
Varian Delta Lebih Menular, Orang yang Sudah Vaksin Harus Pakai Masker!
-
Skrining Virus Corona, Peneliti Kembangkan Tes Swab Pada Ponsel!
-
Virus Corona Varian Lambda, ini Gejala yang Harus Diwaspadai!
Gejala yang muncul adalah kelelahan, nyeri otot, kelelahan, sulit tidur dan nyeri dada. Meksipun bergitu kebanyakan orang dengan Covid-19 mengalami penurunan gejala di pekan keempat.
“Bagi sebagian orang, saya membayangkan minoritas kecil, gejala kemungkinan akan berubah menjadi sesuatu yang bisa bertahan selama bertahun-tahun,” ujar Helen Ward, seorang profesor kesehatan masyarakat di Imperial College London.
“Pasti ada orang yang mengalami kerusakan organ. Mereka akan terus memiliki konsekuensi dari itu misalnya, fibrosis paru-paru,” pungkas Profesor Paul Elliott, direktur program React.
Terkini
- 5 Cara Sederhana untuk Meredakan Pegal Linu dan Nyeri Sendi, Coba Dulu sebelum Minum Obat
- 4 Kebiasaan agar Jantung Tetap Muda dan Sehat, Yuk Lakukan Mulai Sekarang
- 5 Suplemen agar Tubuh Tetap Bugar di Usia 30 Tahun, Salah Satunya Vitamin D
- Ingin Turunkan Gula dan Kecilkan Pinggang? Yuk Konsumsi Biji-bijian Utuh
- Sering Dibuang, Ternyata Ini 5 Manfaat Biji Pepaya untuk Kesehatan
- Murah dan Mudah Didapat, Ternyata Labu Siam Punya 7 Manfaat Ini
- Jarang Disadari, 5 Superfood Ini Mudah Ditemui dan Baik untuk Dikonsumsi
- Hindari Begadang, Durasi Tidur Malam Berpengaruh pada Risiko Penyakit Jantung
- Ingin Mulai Jalani Intermittent Fasting? Hindari 5 Kesalahan Berikut
- 5 Tips Mengembalikan Pola Makan Sehat setelah Puasa dan Lebaran
Berita Terkait
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?
-
Kasus Pertama, Pria Ini Terinfeksi Covid-19, Cacar Monyet dan HIV Bersamaan!
-
Curhatan Pasien Cacar Monyet tentang Gejala yang Dialami: Sangat Menyakitkan
-
Infeksi Cacar Monyet 100 Kali Lebih Menyakitkan Daripada Covid-19, Ini Pengakuan Penyintas!
-
WHO: Wabah Cacar Monyet Bisa Dihentikan, Asalkan...
-
Ilmuwan Bikin Perman Karet yang Bisa Memerangkap Virus Corona di Mulut
-
Ilmuwan Akhirnya Menemukan Sumber Pertama Pandemi Covid-19, Benar di Wuhan?
-
WHO Memperkenalkan Vaksin Malaria Pertama di Dunia, akan Mulai Diuji di 3 Negara Ini
-
Baik Divaksin atau Tidak, Covid-19 Bisa Menginfeksi Ulang Secara Cepat