Jum'at, 03 Mei 2024
Fita Nofiana : Rabu, 16 Juni 2021 | 21:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Studi menunjukkan bahwa infeksi ulang Covid-19 kemungkinannya cukup kecil namun tetap berisiko. Hal ini dinyatakan dalam penelitian dari University of Missouri School of Medicine dan MU Health Care.

Melansir dari Medical Xpress, tinjauan terhadap lebih dari 9.000 pasien Amerika Serikat (AS) dengan infeksi Covid-19 parah menunjukkan bahwa hanya kurang dari 1 persen terinfeksi kembali. Infeksi ulang yang terjadi rata-rata 3,5 bulan setelah tes positif awal. 

Para peneliti bekerja sama dengan MU Institute for Data Science and Informatics dan Tiger Institute for Health Innovation untuk meninjau data dari 62 fasilitas perawatan kesehatan AS. Mereka menemukan 63 dari 9.119 pasien (0,7 persen) dengan infeksi Covid-19 parah tertular virus untuk kedua kalinya dengan periode infeksi ulang rata-rata 116 hari. 

Dari 63 yang terinfeksi ulang, dua (3,2 persen) meninggal. Pasien yang dikategorikan sebagai non-kulit putih memiliki risiko infeksi ulang yang lebih besar daripada pasien kulit putih.

"Analisis kami juga menemukan ketergantungan asma dan nikotin dikaitkan dengan infeksi ulang," kata pemimpin peneliti Adnan I. Qureshi, MD, seorang profesor neurologi klinis di MU School of Medicine.

"Namun, ada tingkat pneumonia, gagal jantung, dan cedera ginjal akut yang jauh lebih rendah yang diamati dengan infeksi ulang dibandingkan dengan infeksi awal," imbuhnya. 

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)


Qureshi mendefinisikan infeksi ulang dengan dua tes positif yang dipisahkan dalam interval lebih dari 90 hari setelah infeksi awal. Dia menganalisis data dari pasien yang menerima tes serial antara Desember 2019 hingga November 2020.

"Ini adalah salah satu studi terbesar dari jenisnya di AS, dan pesan penting di sini adalah bahwa infeksi ulang Covid-19 setelah kasus awal mungkin terjadi,dan durasi kekebalan yang diberikan oleh infeksi awal tidak sepenuhnya jelas," kata Qureshi.

BACA SELANJUTNYA

Wacana Vaksin Booster ke-2 Berbayar, Seginikah Biayanya?