Jum'at, 29 Maret 2024
Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni : Jum'at, 26 Februari 2021 | 11:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Himedik.com - Pandemi virus corona Covid-19 telah berdampak pada banyak hal dalam kehidupan manusia, tak terkecuali kesehatan mental yang terganggu.

Sejauh ini, dokter dan profesional medis di seluruh dunia telah bekerja keras untuk mempelajari gejala hingga efek samping dari virus corona Covid-19.

Tapi dilansir dari Times of India, hanya ada penelitian skala kecil yang menganalisis implikasi pandemi virus corona pada tingkat kecemasan dan stres masyarakat.

Ketakutan akibat pandemi virus corona Covid-19 membuat sejumlah orang ragu atau tidak sanggup menanyakan kondisinya ketika batuk, pilek dan, demam. Para ilmuwan pun menyebut kondisi cemas dan ketakutan akibat virus corona Covid-19 ini dengan istilah coronaphobia.

Fobia adalah ketakutan yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan dan situasi. Demikian pula, coronaphobia adalah jenis fobia baru yang terkait dengan virus corona Covid-19.

Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)

Setelah mengamati dan mempelajari banyak penelitian, para ilmuwan mendefinisikan coronaphobia sebagai respons yang dipicu secara berlebihan karena takut tertular virus corona Covid-19.

Hal itulah yang menyebabkan kekhawatiran berlebihan, disertai gejala fisiologis, stres yang signifikan tentang pekerjaan, kehidupan dan keamanan diri sendiri.

Apalagi pandemi virus corona Covid-19 ini menyarankan semua orang untuk tidak berkumpul, menjauhi keramaian hingga membatasi interaksi sosial untuk mencegah penularan.

Berdasarkan penelitian dalam Asian Journal of Psychiatry pada Desember 2020, para ahli telah menemukan 3 karakteristik utama dari kecemasan yang muncul akibat virus corona Covid-19.

  1. Kekhawatiran terus-menerus yang menyebabkan jantung berdebar-debar, kehilangan nafsu makan, dan pusing.
  2. Terlalu banyak berpikir terus-menerus yang memicu ketakutan dan kekhawatiran.
  3. Rasa takut untuk menghadiri pertemuan dan acara publik, semacam perilaku antisosial yang memfasilitasi masalah kecemasan dan isolasi.

Menurut laporan di jurnal Frontiers in Global Women's Health, gejala insomnia, depresi, dan kecemasan lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.

Dr. Lily Brown PhD, direktur Penn Center for the Treatment and Study of Anxiety percaya wanita lebih rentan terhadap kecemasan daripada pria. Wanita cenderung mudah khawatir ketika ada anggota keluarga yang sakit atau dirinya sendiri menyebarkan virus ke orang lain.

Dr. Lily Brown PhD juga menemukan bahwa orang yang lebih muda pun telah mengalami peningkatan kecemasan karena pandemi virus corona Covid-19 belakangan ini.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah menyarankan berbagai cara untuk mengatasi masalah kecemasan dan stres, seperti menjaga kesehatan fisik dan tetap bersosialisasi dengan orang lain sesuai protokol kesehatan.

Selain itu, terapi perilaku kognitif (CBT) terbukti dapat mengatasi kecemasan secara efektif dan efisien. Sementara itu, kecemasan mungkin akan sedikit berkurang dengan kemunculan vaksin Covid-19.

Tapi, ketakutan dan fobia terhadap virus corona tetap masih membayangi kepala. Satu-satunya cara Anda bisa mengatasinya melalui pengendalian diri dan menjaga rasa tenang.

BACA SELANJUTNYA

Hati-hati, 7 Perubahan ini Pada Kuku Bisa Jadi Gejala Virus Corona Covid-19